Sabtu, 15 Juni 2013

MENJADI ENTREPRENEUR



Menjadi entrepreneur (pengusaha atau wirausahawan) adalah bakat, benarkah? Menjadi pedagang sukses adalah bakat, Benarkah? Terkait hal ini, penulis termasuk orang yang menolak pendapat tersebut. Mengingat jiwa entrepreneur yang diasosiasikan sebagai profesi yang mengedepankan rasa percaya diri, berjiwa mandiri, kreatif, inovatif, selalu ingin jadi juara dan lain-lain, kesemuanya itu sebenarnya adalah faktor dasar yang secara fitri sudah diberikan Allah kepada manusia sejak masih berbentuk sperma (Berhasil mengalahkan miliaran sel telur lainnya). Artinya, fitrah manusia sesungguhnya seorang pemenang, dan itu modal dasar yang dimiliki setiap manusia.

Allah sendiri sebenarnya menjadikan manusia sebagai sosok yang istimewa, kalau ada yang menganggap tidak istimewa, itu lantaran mereka belum menyadarinya. Coba hayati, manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang dibekali akal sebagai sarana untuk menjadi insane yang sukses dan berani menghadapi setiap resiko dalam hidup. Namun dalam perkembangannya, manusia justru menjadi inferior, rendah diri, lembek, lemah dan penakut. Hal itu bisa jadi sebagai akibat faktor didikan orang tua atau faktor lingkungannya. Para ahli Psikologi sudah menegaskan, bahwa sebenarnya setiap individu terlahir PD (percaya diri), itu bisa dibuktikan dengan keberanian mereka mencoba untuk merangkak yang awalnya belum sama sekali. Setelah itu anak berani melangkahkan kakinya untuk pertama kalinya yang sebelumnya juga belum sama sekali mereka kuasai, dan kemudian mereka akhirnya berani berlari ke sana-ke mari untuk mengobati rasa penasarannya. Untuk itu, tugas orang tua adalah menjaga rasa PD (percaya diri) yang dimiliki oleh anak, dengan jangan terlalu sering mengatakan jangan, “gak boleh” dan kalimat-kalimat negatif lainnya. Kata-kata tersebut memang terlihat sepele, akan tetapi berefek dahsyat karena bisa mengikis rasa percaya diri yang telah dimiliki oleh anak.

Lebih lanjut, apabila kita mencari kata entrepreneur dalam al-Qur’an maka tidak akan ditemukan. Namun, istilah lainnya yang memiliki semangat yang sama dengan kata enterpreneur (wirausaha) akan banyak ditemukan, di antaranya adalah dalam surat Al-Jumu’ah (62): 10. Dalam ayat tersebut, di samping memerintahkan beribadah (shalat), Allah juga menegaskan bahwa mencari rezeki adalah perbuatan yang penting untuk dilakukan, dan agar mendapatkan keberuntungan maka di manapun dan kapanpun kita harus senantiasa mengingat-Nya. Sementara pada surat At-Taubah (9): 105, Allah secara jelas memerintahkan kepada manusia untuk bekerja, apapun itu pekerjaannya, dan bekerja tidak semata-mata urusan dunia, tetapi juga akhirat sebab kelak setiap aktivitas (pekerjaan) akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.

Nabi Muhammad SAW pun sebagai teladan utama kaum muslimin adalah seorang entrepreneur sejati. Dengan modal kejujuran yang telah dirintisnya sejak kecil, maka hal itu dapat mengantarkannya menjadi pedagang (entrepreneur) yang sukses. Berangkat dari itu, manfaatkanlah setiap modal (potensi) yang telah diberikan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya. Apabila kita mempunyai modal gigih, gunakan kegigihan itu sebaik-baiknya, apabila kita mempunyai modal kreatif, gunakanlah kreatif itu sebaik-baiknya. Tujuannya, supaya anugerah besar dari Allah SWT itu tidak menjadi sia-sia, tetapi bisa bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (mencakup aspek sosial). Dengan kata lain, seorang entrepreneur (pengusaha atau wirausahawan) yang sholeh-sholehah mencari harta bukan hanya untuk ditumpuk-tumpuk semata, melainkan mencari harta untuk bisa mencerdaskan anak-anak yang kurang beruntung secara ekonomi atau bisa membantu mengentaskan kemiskinan orang lain, dan tanpa ekonomi yang kuat, mana mungkin kita bisa membantu mereka.

Allah sudah memberi petunjuk kepada hambanya, bahwa pada dasarnya semua pekerjaan baik, selama halal dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang utama bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah dari pintu bisnis/berniaga/entrepreneur. Artinya, menjadi entrepreneur adalah pilihan yang lebih utama, lantaran 9 atau 90% rezeki ada di dalamnya. Wallahu ‘A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar