Menjadi entrepreneur (pengusaha atau wirausahawan) adalah bakat,
benarkah? Menjadi
pedagang sukses adalah bakat, Benarkah? Terkait hal ini, penulis termasuk orang
yang menolak pendapat tersebut. Mengingat jiwa entrepreneur yang diasosiasikan
sebagai profesi yang mengedepankan rasa percaya diri, berjiwa mandiri, kreatif,
inovatif, selalu ingin jadi juara dan lain-lain, kesemuanya itu sebenarnya adalah
faktor dasar yang secara fitri sudah diberikan Allah kepada manusia sejak masih
berbentuk sperma (Berhasil mengalahkan miliaran sel telur lainnya). Artinya, fitrah
manusia sesungguhnya seorang pemenang, dan itu modal dasar yang dimiliki setiap
manusia.
Allah sendiri sebenarnya menjadikan manusia sebagai sosok
yang istimewa, kalau ada yang menganggap tidak istimewa, itu lantaran mereka
belum menyadarinya. Coba hayati, manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang
dibekali akal sebagai sarana untuk menjadi insane yang sukses dan berani
menghadapi setiap resiko dalam hidup. Namun dalam perkembangannya, manusia justru
menjadi inferior, rendah diri, lembek, lemah dan penakut. Hal itu bisa jadi
sebagai akibat faktor didikan orang tua atau faktor lingkungannya. Para ahli
Psikologi sudah menegaskan, bahwa sebenarnya setiap individu terlahir PD
(percaya diri), itu bisa dibuktikan dengan keberanian mereka mencoba untuk
merangkak yang awalnya belum sama sekali. Setelah itu anak berani melangkahkan
kakinya untuk pertama kalinya yang sebelumnya juga belum sama sekali mereka
kuasai, dan kemudian mereka akhirnya berani berlari ke sana-ke mari untuk
mengobati rasa penasarannya. Untuk itu, tugas orang tua adalah menjaga rasa PD
(percaya diri) yang dimiliki oleh anak, dengan jangan terlalu sering mengatakan
jangan, “gak boleh” dan kalimat-kalimat negatif lainnya. Kata-kata tersebut
memang terlihat sepele, akan tetapi berefek dahsyat karena bisa mengikis rasa
percaya diri yang telah dimiliki oleh anak.
Lebih lanjut, apabila kita mencari kata entrepreneur dalam
al-Qur’an maka tidak akan ditemukan. Namun, istilah lainnya yang memiliki semangat
yang sama dengan kata enterpreneur (wirausaha) akan banyak ditemukan, di antaranya
adalah dalam surat Al-Jumu’ah (62): 10. Dalam ayat tersebut, di samping
memerintahkan beribadah (shalat), Allah
juga menegaskan bahwa mencari rezeki adalah perbuatan yang penting untuk
dilakukan, dan agar mendapatkan keberuntungan maka di manapun dan kapanpun kita
harus senantiasa mengingat-Nya. Sementara
pada surat At-Taubah (9): 105, Allah secara jelas memerintahkan kepada manusia
untuk bekerja, apapun itu pekerjaannya, dan bekerja tidak semata-mata urusan
dunia, tetapi juga akhirat sebab kelak setiap aktivitas (pekerjaan) akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Nabi Muhammad SAW pun sebagai teladan utama kaum muslimin
adalah seorang entrepreneur sejati. Dengan modal kejujuran yang telah
dirintisnya sejak kecil, maka hal itu dapat mengantarkannya menjadi pedagang
(entrepreneur) yang sukses. Berangkat dari itu, manfaatkanlah setiap modal (potensi)
yang telah diberikan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya. Apabila kita
mempunyai modal gigih, gunakan kegigihan itu sebaik-baiknya, apabila kita mempunyai
modal kreatif, gunakanlah kreatif itu sebaik-baiknya. Tujuannya, supaya
anugerah besar dari Allah SWT itu tidak menjadi sia-sia, tetapi bisa bermanfaat
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (mencakup aspek sosial). Dengan
kata lain, seorang entrepreneur (pengusaha atau wirausahawan) yang
sholeh-sholehah mencari harta bukan hanya untuk ditumpuk-tumpuk semata,
melainkan mencari harta untuk bisa mencerdaskan anak-anak yang kurang beruntung
secara ekonomi atau bisa membantu mengentaskan kemiskinan orang lain, dan tanpa
ekonomi yang kuat, mana mungkin kita bisa membantu mereka.
Allah sudah memberi petunjuk kepada hambanya, bahwa pada
dasarnya semua pekerjaan baik, selama halal dan tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang utama bahwa
sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah dari pintu bisnis/berniaga/entrepreneur.
Artinya, menjadi entrepreneur adalah pilihan
yang lebih utama, lantaran 9 atau 90% rezeki ada di dalamnya. Wallahu ‘A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar