Kamis, 12 Juni 2014

REMAJA DAN TANTANGAN GLOBALISASI



(Selamat Datang Di Pondok Pesantren Shofa Azzahro)

Oleh: Faiz Aminuddin, MA

Dewasa ini, pertukaran budaya antar negara sudah tidak terbendung lagi, hal ini dikarenakan media informasi baik cetak maupun elektronik sudah semakin berkembang dan canggih. Kemudahan mengakses informasi melalui internet, jaringan televisi internasional, radio, majalah dan VCD atau DVD tidak disangkal lagi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan suatu bangsa. Namun, informasi publik yang begitu mudah diakses oleh semua kalangan termasuk para remaja memunculkan kekhawatiran tersendiri, karena bisa juga menjadi boomerang manakala banyak para remaja yang terhipnotis kehidupan bebas ala barat yang banyak bertentangan dengan syariat Islam atau terhipnotis dengan ajaran-ajaran Islam garis keras, fundamental atau radikal yang begitu gencar dilakukan.

Dalam masalah moral/akhlak, saat ini banyak oknum generasi muda yang terlibat kasus geng motor, seks bebas, tawuran, minuman keras, narkoba dan kasus kriminal yang lain. Ibu Ani Yudhoyono pada acara “Aksi Peduli Anak Bangsa Bebas Narkoba” tahun 2013 pernah menyampaikan, bahwa remaja yang sudah terkontaminasi narkoba mencapai 19% dari jumlah remaja di Indonesia, atau sekitar 14 ribu remaja. Lain halnya tentang masalah seksual, data dari BKKBN menyatakan 51% remaja pernah melakukan seks bebas, artinya separo lebih remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks yang mestinya belum dilakukan. Angka sebesar itu tentu membuat miris berbagai kalangan, sebab begitu banyak remaja yang sudah bertindak di luar ajaran agama, padahal Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara dengan populasi Islam terbesar di dunia.

Sementara itu dalam masalah sosial keagamaan, saat ini marak terjadi fenomena kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal, anehnya tidak sedikit remaja yang terpengaruh ajaran tersebut. Memang tidak bisa dipungkiri, pasca-reformasi upaya untuk menyebarluaskan faham keagamaan yang radikal cukup marak dan massif. Pola rekruitmen anggota baru justru lebih menyasar pada generasi muda. Sementara, ajaran yang dibawa sangat bertolakbelakang dengan prinsip Islam itu sendiri. Tujuan utama mereka adalah ingin menyeragamkan pandangan dan sikap keagamaan yang sesuai dengan apa yang mereka yakini, keyakinan di luar mereka dianggap sesat, kafir atau bid’ah. Sikap seperti itu disebabkan karena pemahaman yang sangat literal dan dangkal terhadap teks-teks keagamaan tanpa memperhatikan historisitas teks itu sendiri.

Mereka juga berpendapat bahwa tatanan kehidupan beragama, sosial dan politik yang ada di negara Indonesia tidak sesuai dengan cita-cita mereka. Oleh karena itu, mereka berpandangan hal itu harus dirubah agar sesuai dengan  ideologi mereka tidak peduli walaupun harus dilakukan dengan cara kekerasan serta cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Seperti melakukan bom bunuh diri, intoleran dan merasa paling benar. Fenomena tersebut tentu akan berdampak buruk dan membahayakan kehidupan berbangsa di masa yang akan datang, terlebih remaja adalah calon pemimpin dan penerus dari generasi-generasi sebelumnya, jika hal ini dibiarkan maka “peradaban jahiliyah baru” tinggal menunggu waktu. Terlebih, secara teori perkembangan periode remaja adalah periode dimana seorang anak mengalami masa transisi menuju masa dewasa, sehingga akan cenderung labil karena sedang berproses menuju proses kematangan akal, sosial dan emosional. Pada tahap ini pula remaja biasanya lemah dalam penggunaan nilai dan moral. Alhasil, mereka lebih suka bertindak ceroboh, trial and error dan rela mengorbankan moralitas untuk mendapatkan pujian dari kelompok referensi mereka tanpa harus memikirkan resiko/akibat yang akan terjadi.

Untuk itu, perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh guna menanggulangi dan mengantisipasi semua pengaruh negatif yang ada di sekitar kita. Sayangnya, meskipun ancaman tersebut cukup nyata akan tetapi sebagian orang tua sering tidak mempedulikan ancaman tersebut. Padahal anak merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, sehingga kita tidak menjadi orang yang merugi sekaligus menyesal di kemudian hari. Namun alhamdulillah, di tengah minimnya gerakan moral pada permasalahan patologi sosial di kalangan remaja, masih ada lembaga pendidikan yang mempunyai perhatian khusus pada permasalahan tersebut. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Shofa Azzahro (PPSA) Gembong-Pati yang berupaya membentengi para remaja dari arus negatif dari efek modernisasi dan globalisasi. Tujuan yang mulai itu diharapkan akan membawa pengaruh positif dalam rangka membentuk remaja Indonesia khususnya remaja Pati dan sekitarnya menjadi insan yang bermoral dan berakhlakul karimah. Dengan demikian, penting kiranya bagi para orang tua untuk mulai merenungkannya. Wallahu ‘A’lam.

PONPES SHOFA AZZAHRO’
GEMBONG-PATI
Ponpes Shofa Azzahro’ (PPSA) merupakan Ponpes putra-putri Modern yang terletak di Desa Gembong, Kec. Gembong, Kabupaten Pati. Didirikan oleh KH. Imam Shofwan dan Hj. Fatimah Azzahro’ dengan ijin operasional dari Kementerian Agama (Kemenag) nomor piagam: Kd.11.18/5/PP.00. 71785/2009. Pendirian pesantren ini pada hakikatnya dilandasi oleh tanggung jawab moral dan sosial sebagai anggota masyarakat untuk membina dan mendidik generasi muda dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang lurus. Mengingat, saat ini makin banyak lingkungan di sekitar kita yang tumbuh subur perilaku-perilaku yang melanggar syariat (tidak terpuji).

Selain itu, di era digital seperti sekarang ini, PP Shofa Azzahro’ (PPSA) juga membekali para santri supaya memiliki bermacam-macam keahlian, yaitu dengan memadukan pendidikan agama, skill dan penguatan kepribadian.

Di tahun 2014 ini, PP Shofa Azzahro’ membuka program khusus lantaran telah rampungnya infrastruktur utama berupa gedung (3 lantai) senilai 5,1 M dengan wakaf tanah dari KH. Nur Kholid, proyek besar itu guna mewujudkan Ponpes yang kondusif, representatif dan sehat. Pada tahun ajaran baru ini, Ponpes Shofa Azzahro’ menerima calon santri putra dan putri yang akan masuk jenjang MI (Sudah terakreditasi A) dan MTs (Sudah terakreditasi A).

Fasilitas penting lain yang menjadi ujung tombak untuk meningkatkan mutu santriwan/wati adalah beberapa pendidikan skill sampai lembaga-lembaga penunjang:

PENDIDIKAN SKILL
No

Jenis Pelatihan

Keterangan

1.
Kelas Menulis/Jurnalistik
Melatih kesadaran menulis para santri (buku/media)
2.
Kelas Public Speaking
Sebagai modal menjadi Pemimpin/Da’i-Da’iyah


LEMBAGA DAN UNIT KEGIATAN PONPES SHOFA AZZAHRO
No

Nama Lembaga & Unit Kegiatan

Keterangan

1.
Lembaga Bahasa Asing
Bahasa Inggris dan Arab            
2.
Lembaga Anti Bullying (LAB)
Mencegah kekerasan (fisik/psikis)
3.
Kesenian
 Pencak silat, Hadroh, Qiro’, Marching Band 






BIAYA BULANAN
Perbulan
Fasilitas Primer/Penunjang
Fasilitas Belajar
Rp. 250.000
Makan 3x sehari, koran, majalah,  air minum/mandi, listrik, dll.
Sekolah, mengaji, asrama, perpustakaan, akses pelatihan, dll.


Waktu Pendaftaran     : Setiap hari (Jam 07.00-16.00 WIB) dari tgl 1 Juni-14 Juli 2014
Tempat Pendaftaran   : Di Sekretariat Utama Ponpes Shofa Azzahro’ D/A:
Kediaman KH. Imam Shofwan/Hj. Fatimah Azzahro’, Rt/Rw 04/02 Desa. Gembong. Sebelah Barat Masjid Besar Baitul Muttaqin Kec. Gembong/belakang Kantor Kecamatan Gembong
Syarat                         : - Mendaftar dengan orang tua/wali
  - Mengisi Formulir Pendaftaran & Pas Foto 3x4 (5 Lembar)
  - Membayar uang pendaftaran Rp.100.000

Informasi Lebih Lanjut Hub: 0821 3452 6586 atau 0813 2839 2723
*Bebas uang gedung