Judul
Buku : Moslem Millionaire (Menguasai
Cinta dan Harta dalam 365 hari)
Penulis : Ippho Santosa & Tim Khalifah
Cetakan : 2013
Penerbit : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Jakarta
Isi : 99 Halaman
ISBN : 978-602-02-0354-6
MENJADIKAN CINTA YANG MENGAYAKAN
Salah satu faktor penyebab
orang-orang Islam mengalami kemunduran dan belum mampu bersaing dengan
umat-umat lainnya ialah persoalan kemiskinan. Kemiskinan seolah melekat dalam
diri mereka karena beranggapan bila miskin itu sudah taqdir, miskin itu simbol
kezuhudan, miskin itu menandakan ketawakkalan, dan menjadi miskin akan mudah
masuk surga. Anggapan-anggapan semacam itu memang tidak bisa disalahkan. Meskipun
demikian, bukankah kita juga sebagai manusia diperintahkan Tuhan untuk ikhtiar?
Apakah Zuhud itu selamanya harus dipraktekkan dengan hidup miskin? Bukankah
dengan menjadi kaya kita malah bisa banyak bersedekah dan membantu sesama tanpa
batas sehingga membuat pintu-pintu surga terbuka lebar untuk kita? Selain itu
Adakah Ayat/hadits maupun Nash yang
memerintahkan agar kita umat Islam hidup Miskin? Apakah mungkin Islam akan
berkembang bila orang-orangnya memilih hidup miskin? Bukankah justru kefakiranlah
yang mendekatkan kita pada kekufuran?
Beberapa pertanyaan di atas
mungkin bisa dijadikan pertimbangan bagi mereka yang “terlanjur” memilih hidup
miskin. Kalau mungkin boleh berpendapat, kemiskinan hanya akan membuat dakwah
Islam tidak berkembang dan stagnan. Kemiskinan akan membuat banyak terjadi pemurtadan.
Kemiskinan hanya akan membuat umat Islam menjadi penonton dan objek dalam
percaturan kehidupan. Berdasarkan keprihatinan itulah maka buku ini dimunculkan.
Buku ini mencoba melihat
fenomena kemiskinan dan keterbelakangan umat Islam dengan cara yang berbeda. Dilihat
dari strukturnya, buku ini terdiri dari 7 bab. Bab pertama diawali dengan
penjelasan tentang keajaiban-keajaiban cinta, yang mana dalam buku ini
dijelaskan bila cinta mempunyai keajaiban untuk mampu mengayakan. Lalu Apa sebenarnya cinta yang mengayakan itu? Di sini penulis telah membagi cinta menjadi 3. Pertama, cinta karena duniawi, atau disebut
rational love. Cinta seperti ini
mungkin banyak terjadi kepada kita. Pada saat kita mencintai harta-harta atau
barang-barang yang kita miliki untuk
kemudian agar dicap menjadi orang yang kaya dan terpandang, dalam level inilah
kita berada dalam tahapan rational love.
Kedua, cinta karena orang yang dicintai, disebut emotional love. Tahapan cinta pada level
ini sudah tidak berpusat pada diri kita, akan tetapi sudah mulai masuk dalam
ranah orang lain. Kita mencintai sesuatu untuk kemudian dipersembahkan pada
orang yang kita kasihi agar mereka bahagia dengan cinta yang kita hasilkan. Ketiga, cinta karena Allah, disebut
dengan spiritual love. Inilah tahapan
cinta yang paling tinggi. Ketika kita mendapatkan sesuatu dari apa yang kita
cintai, sesuatu tersebut tidak hanya kita nikmati sendiri dan orang lain yang
kita sayangi, akan tetapi kita juga persembahkan pada Allah SWT. Jadi, ketika
harta/barang yang kita cintai diambil oleh Allah, kita akan menerimanya dengan
penuh keikhlasan. Cinta yang mengayakan ialah cinta yang mampu mengaplikasikan
ketiga jenis cinta tersebut secara bersamaan, terutama kategori spiritual love.
Bab
kedua menjelaskan tentang kebesaran cinta. Cinta dapat membuat mental dan semangat kita menjadi
besar. Kalau kecintaan kita sudah besar, keyakinan kita sudah besar, maka
tindakan dan amal akan besar pula. Ujung-ujungnya segala
sesuatu yang tadinya besar dan tak mungkin dilakukan seketika berubah menjadi
kecil. Misalkan menjadi jutawan, menjadi miliader, itu mudah ketika telah
tertanam tekad dan semangat yang besar dalam diri kita serta dilandasi dengan
cinta. Hal ini dicontohkan penulis pula saat berhaji ia bertemu dengan
sekelompok orang Indonesia yang berjalan kaki sekitar 100 km dari Mekkah,
Arafah, Musdalifah, dan Mina lalu kembali lagi ke Mekkah. Mereka bukan tanpa
biaya tapi mereka mempunyai kecintaan yang besar terhadap apa yang dulu
dilakukan oleh Rasulullah ketika kendaraan masih belum ditemukan seperti
sekarang. Maka dengan semangat dan tekad yang besar itu, sesuatu yang terlihat
sulit dan berat dilakukan, akan menjadi mudah dan ringan.
Dibagian bab ketiga kita akan
disuguhkan pada pengorbanan-pengorbanan cinta. Seperti yang dikatakan banyak
orang, bila cinta itu butuh pengorbanan. Pengorbanan akan menjadi tolak ukur
seberapa besar kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita cintai tersebut. Ibarat
bila kita ingin mencapai posisi yang terbaik dalam karir disebuah perusahaan,
maka sudah sepatutnya kita berusaha sekeras mungkin dan rela berkorban baik
waktu, jiwa, maupun raga. Pengorbanan itu harus dilakukan secara konsisten dan
terus menerus sampai impian kita akan terwujud.
Selanjutnya pada bab keempat
akan dibahas tentang Temali cinta. Temali di sini diartikan sebagai suatu kesatuan
yang terkait. Misalkan seperti sedekah yang dikaitkan dengan menabung. Salah
satu Ayat al-qur’an telah menjelaskan bila barang siapa mau bersyukur ketika
diberi nikmat Tuhan, maka Tuhan akan menambah nikmat tersebut. Begitu juga
sebaliknya, jika seseorang itu mendurhakai nikmat Tuhan maka sesungguhnya adzab
Tuhan itu lebih pedih. Ayat tersebut memberikan pelajaran pada kita untuk
selalu berusaha mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan. Salah satu cara
bersyukur itu dengan cinta mengeluarkan sedekah. Menurut ayat tersebut ketika mengeluarkan
sedekah, maka nikmat akan bertambah. Oleh sebab itu, dalam posisi, dan seberapapun
harta yang dimiliki, diusahakan untuk selalu mengeluarkan sedekah, karena
hakikatnya sedekah itu sama halnya dengan menabung langsung kepada Tuhan.
Berikutnya di bab kelima
disinggung tentang para penghadir cinta. Cinta dapat hadir ketika ada faktor
orang kedua yang menjadi pendorongnya, salah satunya keluarga. Keluarga sangat
penting bagi seseorang, bahkan mungkin sangat berharga. Banyak terjadi
bagaimana orang tua rela berkorban demi mendahulukan kepentingan anaknya, dan semua
itu mereka lakukan atas dasar cinta. Penghadir cinta ini mampu memberi energi
atau spirit bagi seseorang untuk bertindak
lebih semangat dibandingkan bila tanpa kehadiran penghadir cinta.
Desar-desir cinta melengkapi
pembahasan di buku ini pada bab keenam. Percaya ataupun tidak percaya, telah
dikatakan bila kita kelak akan dikumpulkan pada orang yang kita cintai meskipun
kita belum pernah bertemu orang tersebut, semisal cinta kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagai umat yang belum pernah bertemu beliau, namun kita mempunyai rasa
cinta yang mendalam kepadanya. Itu bisa dibuktikan dengan senantiasa
menyebut-nyebut namanya dan rela melakukan apapun yang beliau minta dengan
penuh kerelaan. Hati kita akan bergetar ketika ada orang lain yang menyebut
namanya, realitas inilah yang dinamakan desar-desir cinta. Untuk itu, mulai
sekarang cintailah orang-orang yang benar-benar layak kita cintai agar kelak
dapat berkumpul bersamanya di kemudian hari.
Penulis terlihat sangat antusias
sekali dengan satu hal ini yaitu cinta. Cinta mampu memberikan kekuatan yang
luar biasa kepada kita untuk melakukan suatu hal. Sesuatu hal yang asalnya
sulit, jauh, dan tidak mungkin, bisa menjadi sesuatu yang mudah, dekat,dan
mungkin terjadi oleh karena cinta tersebut. Inilah alasan mengapa kita perlu
menghadirkan cinta dalam kehidupan. Cinta yang benar akan mendekatkan diri kita
pada Tuhan, sedangkan cinta yang salah hanya akan menjerumuskan kita pada
kehancuran.
Selain itu, kemunculan buku
ini dilandasi tujuan untuk mengajak umat Islam menjadi pribadi yang tangguh,
baik dari segi finansial maupun kecintaannya pada Tuhan. Bukan hanya sekedar
menjadi orang kaya biasa, tapi orang kaya yang dengan cintanya mampu memberikan
manfaat bagi dia, keluarganya, teman-temannya, masyarakatnya dan juga agamanya.
Orang seperti inilah yang disebut sebagai “Moeslim
Millionaire”, yaitu pribadi yang tangguh dari segala ujian, dan melakukan
sesuatu dengan penuh keyakinan dan cinta akan Tuhan adalah kuncinya. Tidak
mengherankan jika hanya segelintir orang yang mampu menjadi seperti ini.
Berbeda dengan buku-buku
ilmiah yang berisi tentang penelitian-penelitian yang hanya mampu difahami oleh
suatu kalangan tertentu, buku ini dikemas dengan bahasa yang ringan, mudah, dan
cerdas, sehingga cocok dikonsumsi untuk semua kalangan pembaca. Baik pemula
maupun “master”nya, akademisi maupun orang biasa. Terlebih bagi remaja-remaja
yang sedang dilingkupi perasaan akan cinta dan harta yang masih meledak-ledak.
Buku ini bisa dijadikan rujukan untuk memunculkan semangat, antusiasme dan
produktivitas yang kelak akan benar-benar mampu memaksimalkan potensi mereka.
Selamat membaca!
*Muhammad
Nashiruddin, S.Pd.I
Sekretaris
Redaksi Majalah NUANSA
SUMBER: Majalah NUANSA
LTN NU PATI Edisi Januari.