KH. Imam Shofwan



Berikut adalah perjalanan (perjuangan & pengabdian) singkat dari pendiri sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Shofa Azzahro KH. Imam Shofwan yang terekam oleh media:

 

 

Warga Sekitar Waduk Tuntut Kontribusi Air

Suara Merdeka

PATI - Warga di sekitar Waduk Seloromo Desa/Kecamatan Gembong Pati yang tergabung dalam Kelompok Tani Tirta Sela menuntut agar setiap petani yang menggunakan air waduk memberikan kontribusi kepada kelompok tersebut.Tuntutan yang sama juga diajukan oleh warga sekitar Waduk Gunungrowo di Desa Sitiluhur.
Salah seorang anggota kelompok tani Tirta Sela, H Imam Shofwan, menegaskan hal itu saat menjawab pertanyaan wartawan, kemarin.
Menurut dia, alasan pengenaan kontribusi itu karena para petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A) sudah puluhan tahun memanfaatkan air di dua waduk tersebut. Namun, mereka dianggap tak pernah berupaya menjaga kelestarian waduk, terutama dari ancaman pendangkalan. Karena itu, wajar jika para petani memberikan kontribusi setiap panen.
Dana yang terkumpul dari mereka itu akan dipergunakan untuk membantu kelompok tani yang berdomisili di sekitar waduk, khususnya untuk menjaga kelestarian waduk dari ancaman pendangkalan. Caranya adalah menanami lahan dengan tanaman keras dan produktif.
''Tanpa penunjang dana, upaya menjaga areal genangan waduk agar tidak ditanami tanaman semusim oleh warga, sulit dilakukan. Mana mungkin kami bersama anggota kelompok bisa berfungsi maksimal,'' ujarnya.
Belum lama ini, lanjut Imam Shofwan, pihaknya menerima bantuan bibit tanaman buah-buahan dari Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Jateng.
Meskipun bantuan bibit itu bermanfaat, tanpa didukung dana pemeliharaan, penanamannya tak bisa maksimal. Akibatnya, kegiatan warga yang menanami areal genangan waduk dengan tanaman semusim seperti jagung, padi, dan kacang sulit dicegah.
Areal Genangan
Bahkan di areal genangan Seloromo, kegiatan warga tidak hanya menanami areal genangan. Saat waduk mulai mengering, banyak di antara mereka yang membuat petak-petak untuk tambak atau empang. Padahal, hal itu justru mempercepat proses sedimentasi.
Dia menandaskan, masalah besar kecilnya kontribusi bisa dihitung dari penggunaan air selama musim tanam. ''Hal tersebut baru dapat sinkron bila kami bisa dipertemukan dengan para pengurus P3A.''
Kepala Subdin Pengairan yang juga YMT Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana (Diskimpras) Soetarno BE ST menyatakan tidak bisa memberikan jalan pemecahan. Sebab, yang membentuk kelompok itu adalah BPSDA.
Dia juga mengaku tak tahu-menahu mengenai pemakaian air waduk oleh P3A yang disebut-sebut mengeluarkan biaya. ''Kalau kami mempertemukan mereka dengan pengurus P3A, hal itu sama saja kami menyanggupi memenuhi tuntutan itu.'' (ad-54n)

Bisa dilihat langsung di http://www.suaramerdeka.com/harian/0507/26/mur01.htm




Tiga Nama Ramaikan Bursa Ketua Tanfidziyah NU Pati
Pati, NU Online
Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Pati, Jawa Tengah, segera digelar di Pondok Pesantren Raudlah At-Thahiriyyah, Kajen, Margoyoso, pada 5-6 Juli mendatang.

Sedikitnya, muncul tiga nama yang akan meramaikan bursa ketua tanfidziyah Pengurus Cabang NU Pati, antara lain, KH Imam Shofwan, Abdul Karim, dan Ali Munfaat. Pada posisi rais syuriyah, beredar nama KH Asmu’i dan KH Aniq Muhammadun.

Sekretaris Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar NU Pati, Abdullah Hamid, mengatakan bahwa, Konfercab itu momen penting bagi sejarah NU di Pati.

“Konferensi Cabang NU ini merupakan titik penting untuk menyegarkan kehidupan sosial warga NU. Apalagi, setelah kekalahan Muhammad Adnan di ajang Pilgub kemarin. NU harus mulai berbenah agar tak kembali menjadi korban,” terangnya.

Hamid juga menegaskan, kader IPNU siap untuk mengamankan konfercab dari upaya politisasi NU. “Sudah saatnya NU jauh dari anasir politik praktis. Warga NU sudah jenuh menjadi korban kekalahan politik structural,” ujarnya.

Hal senada dikatakan Pengamat Gerakan NU, Jamal Ma’mur Asmani. Konfercab merupakan agenda penting untuk menentukan arah perjuangan NU. “Sebagai forum perumusan kerja, serta refleksi atas peta gerakan NU,” tandasnya.

Jamal merasa bahwa politik di tubuh NU tak dapat dibersihkan, justru akan menjadi organisasi lebih dinamis.

“Cuma, bagaimana caranya agar politik yang dijalankan bukan politik praktis, akan tetapi politik kebangsaan dan kerakyatan,” ujar penulis buku “Fikih Sosial Kiai Sahal, Antara Konsep dan Impelentasi” itu. (ziz)

Bisa dilihat langsung di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,12993-lang,id-c,daerah-t,Tiga+Nama+Ramaikan+Bursa+Ketua+Tanfidziyah+NU+Pati-.phpx



KH Imam Shofwan Pimpin NU Pati
Pati, NU Online
Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu-Ahad (5-6/7) kemarin telah memilih KH Asmu’i Syadzali sebagai Rais Syuriah dan KH. Imam Shofwan sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Pati.

Pada konferensi cabang ini, KH Asmui berhasil memimpin perolehan suara mengungguli KH Aniq Muhammadun dan KH Muadz Thohir. Sementara, KH Imam Shofwan unggul atas aspirasi pendukung Drs. Abdul Karim, M.Pd dan H Ahmad Choiron, M.Ag.

Walaupun berlangsung meriah dan menyembulkan ketegangan, akan tetapi suasana dalam ruang persidangan berlangsung damai. Konferensi ini mencatat berbagai rekomendasi penting untuk kemajuan NU Cabang Pati. Warga nahdliyyin menginginkan kekuatan ekonomi untuk menunjang perjuangan organisasi.

Dalam ruang sidang rekomendasi, peserta konferensi juga mengusulkan berdirinya Lakpesdam dan Lajnah Ta’lif wan-Nasyr (LTN) NU dalam kepengurusan nanti. Kedua lembaga ini dipandang penting untuk meningkatkan laju organisasi agar semakin progresif.

Pengamat gerakan NU, Jamal Ma’mur Asmani, mengharapkan tokoh-tokoh yang memimpin NU hendaknya tak lupa pada garis perjuangan organisasi. “Sekarang ini banyak sekali kader NU yang lebih enjoy bergerak di ranah politik. Sehingga, gerakan sosialnya menjadi sangat bias.”

Lebih lanjut, Jamal menegaskan, “pemimpin NU hendaknya memahami hal ini, sehingga orientasi perjuangan organisasi tak berbelok ke rel yang salah”, ujar Jamal yang telah menulis beberapa buku tentang NU dan pesantren.

Ircham Shodiq, Ketua Yayasan Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) Madani, yang juga Pembina PC IPNU Pati, mengungkapkan betapa NU sedang dalam kondisi kritis, sehingga membutuhkan pemimpin amanah dan memahami peta gerakan NU.

“Sebagai kaum muda, kami sangat berharap pemimpin NU mengapresiasi keinginan kader muda untuk bergerak cepat. Apabila keinginan kader muda NU direspon dengan baik, tentu syahwat politik dalam diri kader muda akan semakin berkurang”, ujar Ircham. (ziz)

Bisa dilihat langsung di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,13037-lang,id-c,daerah-t,KH+Imam+Shofwan+Pimpin+NU+Pati-.phpx



PCNU Pati Bertekad Gandeng Semua Kader
Pati, NU Online 
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati, bertekad untuk menggandeng semua kader dan warga nahdliyyin.
Kader NU yang tersebar, baik itu yang beraktifitas di berbagai partai politik, maupun di sektor lain, menjadi prioritas pengembangan organisasi.

Hal ini disampaikan oleh Rais Syuriah PCNU Pati, KH Asmu’i Syadzali ketika memberi sambutan pelantikan pengurus cabang, pengurus Lajnah dan Lembaga NU Pati, Ahad lalu. Agenda yang diselenggarakan di Gedung PCNU Pati, Jl. Dr. Susanto, dihadiri oleh ratusan kiai, kader dan pengurus NU di semua lembaga dan badan otonom.

Selain itu, KH Asmui juga menambahkan bahwa, sebagai organisasi milik masyarakat, sudah  selayaknya NU untuk merangkul dan memahami aspirasi semua pihak. ”Kami berkeyakinan, sebagai organisasi sosial lintas batas, ke depan, NU akan berkomitmen untuk mengayomi semua pihak dan menindaklanjuti aspirasi warga dengan basis pemikiran ahlussunnah wal-jama’ah (aswaja)” imbuh KH Asmui.

Sejumlah anggota DPR dan pimpinan partai politik (parpol) hadir dalam kegiatan ini, yakni Sunarwi (PDI-P), Sa’dullah (PKB), Imron (PPP), dan anggota dewan serta caleg dari beberapa partai lain.

Selanjutnya, KH Asmu’i menghimbau kepada kader NU yang berjuang di partai agar tetap memikirkan rumah asalnya, yakni organisasi NU. Dengan demikian, aspirasi warga kecil yang ada di grass root dapat terakomodir dengan baik. Harapan inilah yang menjadi patokan dalam pelantikan dan ikrar sebagai Pengurus Cabang NU Pati.

KH Imam Shofwan, Ketua Tanfidz PCNU Pati, menegaskan bahwa, NU tidak akan mempengaruhi pilihan politik warga. Namun, sebagai organisasi sosial yang berorientasi maslahah dan berhaluan aswaja, NU mengharap agar warga Nahdliyyin cerdas menentukan sikap politiknya, sebagai bagian perwujudan demokrasi dan amalan keagamaan.

Dalam sesi sharing dengan pengurus, KH Imam Shofwan menegaskan bahwa dalam waktu dekat, PCNU Pati akan merangkai program kegiatan yang kontekstual dengan kebutuhan masyarakat. NU juga ingin memosisikan diri sebagai pengayom atas aspirasi dan kebutuhan warga nahdliyyin.

Mengenai konflik pro-kontra semen yang semakin memanas, KH Asmui mengharapkan agar warga menahan diri dari tindak anarkhis. ”Walaupun luapan emosi, tindakan anarkis tidak dibenarkan oleh PCNU Pati. Kami menyeru kepada warga agar menahan diri, menghindari hasutan dan mencari jalan damai, sebagai pintu alternatif. Kalau masih saja anarkis, biar menjadi tanggungan pribadi”, tegas KH. Asmui.

Sedangkan, KH Imam Shofwan berjanji akan menindaklanjuti aspirasi warga NU yang bermukim di sekitar tempat pembangunan pabrik semen Sukolilo, baik yang pro maupun kontra. ”Menindaklanjuti bahtsul masail mengenai isu semen beberapa waktu lalu, PCNU secepatnya akan menurunkan tim investigasi dan advokasi untuk mengkaji lebih detail serta mendampingi warga nahdliyyin yang terancam oleh teror dan intimidasi” ujar KH. Imam Shofwan.
  

Bisa dilihat langsung di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,15783-lang,id-c,warta-t,PCNU+Pati+Bertekad+Gandeng+Semua+Kader-.phpx



PCNU Pati Adakan Turba
Pati, NU Online
Sejak bulan April, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dan badan otonom  kabupaten Pati mengadakan kunjungan silaturrahim ke pengurus Majelis Wakil Cabang di wilayahnya.

Kegiatan yang bertajuk turba (turun ke bawah) itu, PCNU mengunjungi 21 pengurus MWC secara bergiliran waktunya. Berbagai informasi perkembangan NU dan dinamika masyarakat kabupaten Pati serta penyerapan aspirasi pengurus NU di tingkat MWC maupun ranting NU, menjadi agenda turba.

Ketua PCNU Pati KH Imam Shofwan mengatakan kegiatan turba ini merupakan program rutin tahunan untuk menjalin silaturrahim dan komunikasi PCNU dengan MWC dan Ranting se kabupaten Pati.

“Turba juga dimaksudkan untuk menyerap aspirasi nahdliyin seputar permasalahan NU dan ummatnya,” ujarnya saat menghadiri turba di MWC NU Sukolilo yang bertempat di Gedung Haji Sukolilo Pati, kemarin.

Dalam acara turba yang yang dihadiri ratusan pengurus MWC dan ranting NU se  Kecamatan Sukolilo itu dijelaskan mengenai sikap PCNU terkait Pilkada Pati yang akan digelar bulan depan. 

KH Imam Sofwan menjelaskan PCNU tidak mengarahkan untuk memilih kandidat Bupati dan wakil bupati tertentu. NU memberi kebebasan warga NU  menentukan pilihannya sesuai hati nuraninya.

“Meski begitu, warga NU jangan tercerai berai gara-gara beda pilihan. Kita harus tetap bersatu dalam satu wadah Nahdlatul Ulama,” tegas KH Imam sebagaimana dilaporkan ketua PC IPNU Pati Abdullah Hamid.

Pada kesempatan itu, PCNU Pati melakukan pendataan pengurus NU dan potensinya seperti jumlah masjid,musholla, madrasah dan jamiyyah-jamiyah  yang ada di desa-desa. Selain itu, juga mensosialisasikan tabloid milik PWNU Jateng Suara NU serta mendorong warga NU melakukan iuran swadaya pembangunan gedung MWC NU Sukolilo.

Saat turba di MWC NU Sukolilo, ketua PCNU Pati KHImam Sofwan didampingi wakil ketua Khoiron, Khozin Hasan, sekretaris KH Ali Munfaat, Sekretaris Lembaga Mabarrot Imam Zarkasi dan sekretaris LP Ma'arif  Muhtar serta Irham Shodiq dari unsur PC GP Ansor Cab Pati (adb).

Bisa dilihat di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,28036-lang,id-c,warta-t,PCNU+Pati+Adakan+Turba-.phpx
yin yang terancam oleh teror dan intimidasi” ujar KH. Imam Shofwan. (mad)

Bisa dilihat di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,15780-lang,id-c,warta-t,PCNU+Pati+Programkan+Konservasi+Alam-.phpx




HASIL PSU DIGUGAT



Pas FMpati - Pati - Rencana sejumlah kontestan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Kabupaten Pati untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) setelah penetapanhasil penghitungan suara oleh KPU Kabupaten Pati Rabu (20/6), amat disayangkan oleh sejumlah tokoh masyarakat. Pasalnya, ini bukan kali pertama hajatan demokrasi di Kabupaten Pati dibawa ke MK. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa gugatan itu justru lebih menguras energi dan APBD Kabupaten Pati ketimbang menghasilkan kedewasaan dalam berdemokrasi. Akhirnya alokasi dana pembangunan yang semestinya ditujukan untuk rakyat Pati harus berkurang untuk pelaksanaan PSU.
Hal itu diungkapkan KH Imam Sofwan, Ketua Tanfidziyah PC Nahdlatul Ulama’ Kabupaten Pati saat dijumpai di Kantor PCNU Kabupaten Pati, Rabu (20/6).

“Kalau ada gugatan lagi, rakyat juga yang kembali merugi. Berapa milyar lagi dana rakyat yang akan dihabiskan ? Jadi, tolong kepada semua pihak agar menahan diri dan menerima hasil penghitungan suara  KPU ini dengan lapang dada”, tegasnya.

Pernyataan Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Pati itu pun dibenarkan oleh Rois Syuriah PC Nahdlatul Ulama’ Kabupaten Pati,  KH Asmu`i Sazali. “Tolong jangan memperpanjang masalah, nanti malah akan berhadapan dengan masyarakat Pati”, tegas KH Asmu’i.  Menurutnya semua kontestan telah diberikan peluang yang sama untuk mempengaruhi rakyat, jadi setelah kompetisi usai semestinya mereka pun terus memegang prinsip siap menang dan siap kalah yang telah mereka nyatakan sebelum pelaksanaan PSU.

“Marilah kita sama-sama menahan diri. Selama kita masih terus saling gugat menggugat, pembangunan di Kabupaten Pati tak akan bisa berjalan baik”, himbau KH Imam Sofwan. Ia lantas memberikan contoh, betapa pembangunan dan perbaikan jalan di sejumlah wilayah di kabupaten Pati terkatung-katung dan tak kunjung ada penyelesaian.

“Semestinya kemenangan salah satu calon juga merupakan kemenangan seluruh masyarakat Pati, sehingga satu sama lain bisa saling mendukung dalam memajukan Pati”, ujar KH Imam Sofwan.  Lebih lanjut ia pun berharap agar suasana Pati tetap kondusif, dan ke depan Kabupaten Pati dapat lebih maju dan berkembang.  “Untuk itu, mari sama-sama kita amankan hasil penghitungan KPU ini”, pungkasnya.

Sumber : Pasfmpati.com




Pengajian Nahdliyyin MWC NU Jakenan 2012

Posted on 29 September 2012 oleh alamendah
MWC NU Jakenan akan menyelenggarakan Pengajian Akbar bertajuk Pengajian Nahdliyyin 2012. Pengajian yang didukung pula oleh berbagai badan otonom NU semisal Fatayat NU, Muslimat NU, GP. Ansor, IPNU, IPPNU, dan Banser serta segenap nahdliyyin (warga NU) se Kecamatan Jakenan ini mengambil tema “Tingkatkan Silaturrahim Menyongsong Kebangkitan Islam ala Ahli Sunnah wal Jama’ah”.
Sesuai dengan tema yang diangkat, Pengajian Nahdliyyin ini diharapkan akan menjadi media untuk mempererat silaturrahmi antar warga NU. Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman warga NU (Nahdlatul Ulama) akan tradisi-tradisi ke-NU-an dan paham ahli sunnah wal jama’ah guna untuk menyonsong kebangkitan islam di Indonesia.

Pengajian Nahdliyyin Kecamatan Jakenan Tahun 2012 akan dilaksanakan pada hari Sabtu Pon tanggal 6 Oktober 2012 mulai pukul 19.00 WIB di Lapangan Gangmalang Desa Sembaturagung, Jakenan. Dalam acara yang rencananya akan dihadiri oleh Bupati Pati, Haryanto, SH, MM ini akan diisi mauidzoh hasanah adalah KH. Mahyan Ahmad dari Grobogan.
Selain itu juga akan dihadiri oleh Habib Hilmi (Kudus), Mbah Halim (Gabus), KH. Makmun Muktar (Pati), KH. Asmu’i Sadzali (Rois Syuriah PCNU Kab. Pati), dan KH. Imam Shofwan (Ketua PCNU Kab. Pati). Pun sejumlah kiai dan ulama lokal dari Jakenan seperti K. Mubasyir, K. Ahmad Sholih, K. Abdul Mukhit serta jajaran pengurus MWC NU Kecamatan Jakenan mulai dari Rois Syuriyah, KH. Ahmad Syuja’i dan Ketua MWC Aris Sutopo, S.Pd, MM.
Prediksi panitia, sebagaimana disampaikan ketua Panitia, Drs. Suwarno, ribuan nahdliyyin (warga NU) dari seluruh penjuru kecamatan Jakenan dan kecamatan-kecamatan sekitarnya akan menghadiri acara ini. “Jadi, mari warga NU di manapun, hadirilah Pengajian Nahdliyyin besok tanggal 6 Oktober”.

 Bisa dilihat di http://patikita.wordpress.com/2012/09/29/pengajian-nahdliyyin-mwc-nu-jakenan-2012/




Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Buka Pesantren Kilat Mata Air

     ( KH. Imam Shofwan (Batik Hijau) Upacara Pembuakaan Sanlat Pati 2012 )

     Sanlat Pati, Acara pembukaan SANLAT (Pesantren Kilat) MATA AIR PC. GP Anshor & PC. IPNU-IPPNU Kab. Pati yang berlangsung di SMK Bani Muslim Pati, Rabu (9/6) di buka langsung oleh Dinas Pendidikan kabupaten Pati Drs. H. Suwanto (Wakadiknas) berlangsung penuh antusias. 70 peserta Sanlat didampingi orangtuanya mengikuti acara yang digagas oleh PP. GP Anshor dihadiri oleh Drs.H. Ahmad Mudzakir, M.Si (Kemenag Pati), KH. Imam Sofwan. S.Pdi (PCNU Pati), dan BEM Kampus se-kabupaten Pati.

      Dalam sambutan Ketua panitia Sanlat Pati, Irham Shodiq, S.Pdi berharap tahun ini 75 persen bisa diterima di PTN Favorit dan pada penutupan nanti seluruh peserta akan didampingi untuk masuk tes SNMPTN Undip. Kegiatan yang rencananya akan berlangsung 30 hari, diharapkan bisa melatih kemandirian siswa, selain bimbingan belajar formal oleh tentor yang berpengalaman akan juga ditanamkan kajian kegaamaan Aswaja untuk bekal ketika diterima di kampus nantinya.

     Menurut Ahmad Solhan, S.Sos (Ketua PC. GP Anshor Pati) mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini, diharapakan kedepanya lulusan dari Sanlat bisa menjadi kader yang berguna bagi masyarakat. (ZaQ)





Eksistensi Ansor Dan Banser Harus Terjaga

Apakabarpati, 23 Maret 2012 – Ratusan calon anggota Banser Pati ikuti Pendidikan & Latihan Dasar bagi calon anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) X-7, selama dua hari,  mulai berlangsung mulai Jumat sore, 23 Maret 2012. Pembukaan Diklatsar berlangsung di halaman Pondop Pesantren Darul Muqoddas Dukuh Banger, Desa Mojomulyo Kecamatan Tambakromo.

Calon anggota Banser X-7 yang mengikuti diklatsar tersebut, sebanyak 520 orang dari kawedanan Jakenan, Kawedanan Pati Kota, Kawedanan Juwana,  dan Kawedanan Kayen.

Ketua Tanfidziyah PC NU Kabupaten Pati, KH Imam Sofwan yang menjadi inspektur upacara dalam pembukaan Diklatsar berharap, pendidikan dan latihan dasar  tersebut, hendaknya ada tindak lanjut, untuk memperjuangkan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (AsWaja).

“Banser dan Ansor merupakan garda terdepan Nahdlatul Ulama (NU) untuk tetap eksis, serta perlu memperkuat persatuan dan kesatuan. Saya mohon, Banser dan Anshor tetap kompak  dan solid,” harapnya.

Ketua PW GP Anshor Jawa Tengah  Jabir Al Faruqi dalam pengarahanya menegaskan, Banser yang merupakan kader inti dalam Gerakan Pemuda (GP) Ansor, sehingga dalam perekrutannya harus mengikuti Diklatsar lebih dulu.

“Saya berharap keanggotaan Banser di Kabupaten Pati bertambah.  Setidaknya di Kabupaten Pati sekarang ini sudah ada 2.500 anggota Banser. Sehingga kedepannya, Jawa Tengah menjadi gerakan utama NU. Apalagi sekarang ini Ketua Umum PP PG Ansor juga berasal dari Jawa Tengah,” tuturnya.

Jabir Al Faruqi mengaku bangga, karena para calon kader Banser dengan sukarela membiayai sendiri Diklatsar yang mereka ikuti.  Untuk itu,  Indonesia dapat utuh, dan siapapun yang berkuasa harus bekerjasama dengan NU, untuk mempertahankan Pancasila & NKRI.

Hadir dalam Pembukaan Diklatsar Banser X-7 itu, Rois Syuriah PC NU KH Asmu`i Sazali, Plt Asisten I Setda Pati Ali Arifin,  jajaran Muspika Tambakromo, serta para tokoh agama.(Red)
Sumber: Apa kabar Pati







22 Juni 2010

Aliansi Ormas Tolak Karaoke


PATI-Aliansi ormas Pati menolak keras keberadaan tempat hiburan malam yang berlabel kafe dan karaoke. Mereka akan menggelar aksi turun ke jalan dengan jumlah massa cukup besar untuk memperjuangkan tujuan tersebut.

Demikian disampaikan sejumlah tokoh ormas di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pati, kemarin. Selain ulama dan tokoh muda NU, perwakilan dari Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pati, Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Aisiyah dan Yaummi Fatimah hadir dalam kesempatan itu.

Ketua PCNU KH Imam Sofwan menyatakan, rencana unjuk rasa didasari atas keprihatinan kondisi daerah yang semakin banyak tempat hiburan malam. Menurutnya, perkembangan itu berdampak buruk bagi moral masyarakat.
"Sudah sering kami menyampaikan keprihatinan ini kepada muspida, tetapi sampai sekarang belum ada respon. Jadi, perlu disampaikan lagi dengan cara lain," ujarnya.

Namun, dia berpesan dalam aksi yang rencananya digelar, Rabu (23/6) benar-benar murni tanpa ditunggangi kepentingan lain. Sehingga upaya mencegah penurunan moral masyarakat yang lebih luas dapat terwujud.

Koordinator Aksi Ahmad Jauharul La'Aly mengatakan, unjuk rasa yang digelar nantinya akan dipusatkan di Alun-alun Pati dan di tempat hiburan malam terbesar di Pati, Kafe dan Karaoke Las Vegas di Jalan Raya Kudus-Pati.

Selain menhyampaikan tuntutan kepada pemegang kebijakan, yakni bupati, mereka juga akan mengingatkan pengelola karoke terbesar di Pati untuk segera menutup tempat usahanya.

"Kegelisahan ini sudah cukup lama di masyarakat. Bukan hanya sebagian kecil, tapi hampir semua ormas dan elemen masyarakat di Pati ini menolak tempat hiburan malam yang dekat dengan kemaksiatan," katanya yang didampingi Angga Setiawan (PPDM), Achmad Sholhan SSos (GP Ansor), dan H Arifin (Komandan Satkorcab Banser X-7 Pati).
Praktik Maksiat Dia menyoroti dalam tiga tahun terakhir, tempat hiburan malam di Bumi Mina Tani semakin merebak. Sehingga peluang digunakan untuk praktik maksiat cukup terbuka lantaran setiap tempat karaoke menyediakan perempuan pemandu karaoke (PK).

Di depan Kantor DPRD, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam PMII Pati menggelar unjuk rasa menentang pronografi dan pornoaksi, peredaran miras, narkoba, perjudian, serta penyakit masyarakat .

Wakil Ketua DPRD yang juga Koordinator Komisi I Sutrisno ST dan Ketua Komisi I Hamzawi SH yang menemui perwakilan mahasiswa menyatakan, akan segera menyampaikannya ke pihak terkait untuk diambil langkah tegas. (H49,K34-42)

 




NU Tetap Tuntut Karaoke Ditutup
Suara Muria
05 November 2010
PATI - Ketua PCNU Pati KH Imam Sofwan menyatakan tetap keukeuh dalam menyikapi keberadaan karaoke. NU sebagai salah satu ormas yang menuntut Pemkab menutup semua tempat karaoke, Juli lalu, tidak akan memberikan toleransi sedikit pun atas beroperasinya kembali seluruh tempat hiburan malam di Pati, belakangan ini.

“Kami akan menanyakan langsung kepada Muspida karena semua tempat karaoke sudah buka kembali. Ini sebagai langkah awal sebelum kami melakukan konsolidasi lanjutan,” ujarnya saat dihubungi, kemarin.
Upaya menanyakan hal tersebut telah dibicarakan dengan ulama dan kiai sepuh di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Namun, Kiai Sofwan belum memastikan kapan waktunya.

Sebulan lalu, lanjutnya, pihaknya secara resmi telah mengirim surat kepada Bupati Pati Tasiman yang intinya tetap mendukung SK Bupati No 556.4/1212/2010 tentang Penutupan, Penghentian, serta Pencabutan Izin Usaha Karaoke di Wilayah Pati.

“Itu sebagai jawaban atas Raperbup tentang Karaoke yang dimintakan tanggapannya kepada kami. Ada beberapa alasan di dalamnya, termasuk unsur kemudaratan yang dominan daripada manfaatnya,” tutur kiai asal Gembong itu.

Penutupan yang diinginkan pihaknya tidak terbatas waktu sehingga jika belakangan ini semua tempat karaoke telah beroperasi kembali setelah satu bulan tutup karena adanya SK Penutupan dari Bupati, pihaknya tetap menuntut untuk ditutup.
Tidak Bijak
Sebagian besar isi raperbup, menurut Sofwan, berkesan hanya dijadikan dasar melegalkan tempat karaoke yang tengah menjadi sorotan masyarakat sehingga pihaknya tidak bijak apabila sepakat menyetujuinya. “Sampai kapan pun kalau memang rancangan aturannya seperti itu kami tidak akan setuju. Toh tidak ada perubahan apa pun dari operasional sebelumnya,” tandas dia.

Selain intensif berkoordinasi dengan ulama dan kiai sepuh, pihaknya juga berkomunikasi aktif dengan organisasi sayap NU, seperti GP Ansor, Muslimat, Fatayat, dan IPNU/IPPNU. Dalam tradisi NU, ketika kalangan kiai sepuh bersikap menolak, maka seluruh badan otonom dan jaringan di bawahnya akan mengikuti.(H49-60) (/

Bisa dilihat langsung di http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2010/11/05/129160/NU-Tetap-Tuntut-Karaoke-Ditutup




Kafe dan Karaoke Resmi Dilarang di Pati
TEMPO Interaktif, Pati - Bupati Pati, Tasiman, akhirnya benar- benar menutup tempat karaoke dan kafe di daerahnya. Penutupan itu dituangkan dalam surat keputusan bupati No 556.4/1212/2010 tanggal 17 Juli 2010 tentang penutupan, penghentian dan pencabutan izin usaha karaoke di Kabupaten Pati. “Pertimbangannya di antaranya keamanan dan ketertiban umum agar Pati tetap kondusif,” kata Bupati Tasiman, Rabu (21/7).
Ketegasan Bupati Tasiman itu menyusul adanya unjuk rasa besar- besaran yang menuntut agar tempat karaoke dan kafe ditutup. Pengunjuk rasa terbesar berasal dari elemen masyarakat, terutama organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan, Muhammadiyah, para pelajar dan pesantren, Juni  lalu.

Ketika itu, Bupati Pati berjanji  akan menutupnya.  Janji Bupati itu dituangkan dalam surat pernyataan yang disodorkan pengunjuk rasa. Surat tersebut juga ditandatangani Ketua DPRD Pati Sunarwi dan Kapolres Pati AKBP Listyo Sigit. Ikut menandatangi surat pernyataan itu, Ketua PC NU Pati Imam Sofwan, Syuriah PC NU KH Asmui Syadjali dan Ketua PD Muhammadiyah Angga Setiawan.

Kegerahan masyarakat Pati dengan menjamurnya tempat kafe dan karaoke ini timbul karena tempat tersebut banyak disalahgunakan, seperti untuk prostitusi dan ajang minum- minuman keras.  Sudah berulang kali mereka menyuarakan penutupan itu, tapi pihak Pemerintah Pati kurang meresponsnya. Tapi justru disikapi Pemerintah Pati  hanya dengan menaikkan restribusi dengan tarip tinggi, yakni naiknya retribusi  tempat hiburan sebesar Rp 1,7 miliar tahun ini. Tahun lalu, PAD hiburan hanya Rp  250 juta.

Di Pati terdapat 16 kafe dan tempat karaoke, dengan pekerja 1.200 orang.  Sebagian besar anggota dewan, sebelumnya sudah mendesak pada pemerintah agar tempat hiburan itu ditutup.  Karena rendahnya respons pemerintah,  “Kami akhirnya turun berunjuk rasa besar- besaran besok dengan mengerahkan elemen masyarakat,” kata KH Imam Sofwan, Ketua PC Nahdlatul Ulama Pati. 
Penutupan itu ditanggapi dingin pemilik karaoke dan kafe. “Kami memang sudah menerima surat keputusan penutupan itu. Pemerintah harus dapat memberikan solusi yang tepat, ” ucap Heri Susanto, Wakil Ketua Paguyuban Pengusaha Kafe dan Karaoke Kabuaten Pati, dan pengelola Karaoke Morsalino.

Berita bisa dilihat langsung di ~ http://www.tempo.co/read/news/2010/07/21/177265042/Kafe-dan-Karaoke-Resmi--Dilarang-di-Pati




Arifkah Keberlarut-larutan Pilkada Pati?


Arifkah membiarkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pati berlarut-larut, dengan munculnya permohonan pengulangan pemungutan suara yang diajukan oleh lima pasangan calon bupati - wakil bupati ke Mahkamah Konstitusi (MK)? Pertanyaan ini kita sampaikan bukan untuk menepikan pentingnya penghayatan kesadaran hukum masyarakat, namun kita ingin mendudukkan persoalan lebih pada aspek-aspek sosiologis dan psikologis bagi substansi demokrasi itu sendiri.


Sebelum memasuki episode baru gugatan ke MK, Pilkada Pati telah dilaksanakan dua kali. Keputusan MK-lah yang memerintahkan pemungutan suara ulang. Maka jika harus ada pengulangan lagi, bagaimana membayangkan keribetan rakyat yang seolah-olah hanya disibukkan oleh pesta demokrasi yang belum tentu mereka hayati benar-benar sebagai pesta? Bagaimana dengan biaya, lalu persepsi psikologis rakyat tentang demokrasi yang terkait dengan pendidikan politik?


Simaklah pernyataan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pati, Imam Sofwan. Dengan alasan apa pun, katanya, hajatan demokrasi yang begitu panjang akan semakin memperburuk kondisi daerah, mengingat tidak sedikit anggaran yang harus dikeluarkan. Kalau setiap tahun harus mengurus pilkada, pembangunan daerah akan tersendat, karena keterpangkasan anggaran peningkatan infrastruktur. Sekarang, misalnya, banyak jalan rusak yang belum tertangani.


Ajakan agar semua pihak legawa juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah, Sutaji. Menurut dia, akan lebih bijak jika semua kalangan menatap ke depan untuk daerahnya. Kita menangkap suara-suara sema-cam itu sebagai realitas publik yang tidak patut diabaikan di tengah kemungkinan keterjebakan masyarakat pada kejenuhan. Bukankah  proses-proses pilkada cenderung memanggungkan pertikaian berupa manuver dan pembentukan opini oleh para elite?


Demokrasi memang tidak akan berjalan ke muara kemaslahatan bersama jika tidak dibingkai oleh berlakunya hukum. Maka kita memahami, pastilah ada dasar-dasar pertimbangan yang menjadi alasan mengapa kelima pasangan calon yang terkalahkan mengajukan gugatan ke MK. Namun realitasnya, Pilkada Pati sedari awal sudah diwarnai oleh tarik-ulur kepentingan yang lebih bernuansa manuver ketimbang mengarusutamakan kepentingan masyarakat.


Perspektif inilah yang mestinya mendorong semua pihak yang terlibat mendudukkan perkara secara bijak. Akankah MK memutuskan hanya secara normatif tanpa mempertimbangkan lanskap psikososiologis dan kultural rakyat Pati? Akankah rakyat harus mencoblos ulang lagi karena ketidaksempurnaan teknis pilkada? Sehatkah pelaksanaan demokrasi yang berlarut-larut seperti itu? Atau, jangan-jangan rakyat Pati akan makin terbiasa hidup dan berkehidupan ada atau tanpa pemimpin.
 



29 Juni 2012

Penggagalan Hasil PSU Dikecam

Tokoh Lintas Agama Datangi Mapolres

PATI- Tokoh lintas agama prihatin atas kondisi Pati pascapelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada, terlebih adanya upaya sejumlah pihak untuk menggagalkan hasil hajatan demokrasi tersebut.

Manuver atau gerakan yang mengarah ke tujuan itu dikecam keras, sebab dianggap justru membuat situasi di Bumi Mina Tani tidak kondusif. Pernyataan tersebut disampaikan tokoh lintas agama saat beraudiensi dengan pejabat Polres Pati, kemarin.
Mereka yang didampingi sejumlah perwakilan organisasi masyarakat, sengaja mendatangi Mapolres untuk mengingatkan polisi agar objektif dan bijaksana dalam menyikapi upaya pihak tertentu, yang mencoba mengambil celah menggagalkan hasil proses demokrasi itu.
Hadir Ketua Tanfidziyah PCNU Pati KH Imam Sofwan, Rois Syuriyah PCNU KH Asmu'i Sadzali, Ketua PD Muhammadiyah Sutaji, Ketua Persekutuan Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) Pati Pdt Ferry Tinamberan, serta Pandito agama Budha Hartono bersama tokoh agama tersebut Supar. Mereka didampingi jajaran GP Ansor bersama Satkorcab Banser X-7, PC IPNU, Gerpa, Aliansi Masyarakat ProDemokrasi, serta Forum PPK dan PPS.

Juru bicara tokoh lintas agama, Sutaji mengemukakan, pihaknya bukan saja prihatin tetapi merasa memiliki beban moral terhadap hajatan demokrasi yang tidak kunjung usai di Pati.
"Kondisi itu cukup membuat masyarakat resah, sehingga kami perlu angkat bicara dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengamankan hasil PSU," kata dia.
Suara Rakyat

Dikatakan, pelaksanaan PSU pada 16 Juni lalu berjalan baik, lancar, dan aman. Mereka mendukung dan menghargai hasil PSU yang merupakan representasi dari mayoritas suara rakyat dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. "Dalam kompetisi pasti ada kalah dan menang. Hendaknya pasangan calon yang menang jangan tinggi hati dan merendahkan pasangan calon yang kalah. Sementara pasangan calon yang kalah harus legawa dan dengan kesabaran memahami itu semua sebagai proses demokrasi," ujarya.
Dia mengimbau semua elemen masyarakat mendukung dan menghargai hasil PSU, dengan tidak melakukan langkah-langkah provokatif yang akan mengganggu stabilitas keamanan dan ketentraman masyarakat.

KPU, Panwas, Desk Pilkada, Polres, dan Kodim, diimbau bersikap netral dan menolak segala bentuk intervensi dari pihak tertentu agar pilkada di Pati tidak berlarut-larut.
"Khusus untuk Polres sebagai ujung tombak pengamanan PSU Pilkada dan pelindung masyarakat, hendaknya lebih arif dan bijaksana dalam menanggapi laporan pihak tertentu yang mencari-cari penyimpangan proses PSU. Menurut kami, proses tersebut telah berjalan sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku," tandasnya. Wakapolres Kompol Taufan Dirgantoro SIK didampingi Kabag Ops Kompol Mulyadi yang menerima para tokoh itu menyatakan, pihaknya selalu dalam posisi netral. Pihaknya juga tidak ingin diintervensi siapa pun dan ditumpangi kepentingan apa pun, dalam menangani laporan indikasi permasalahan dalam pelaksanaan PSU.

"Seperti pesan dari Bapak Kapolda, kami netral, netral, dan netral. Tidak ada memihak ke pihak mana pun dan menjalankan tugas sesuai aturan perundang-undangan," tegas Wakapolres.
Mengenai adanya laporan tentang indikasi ketidakberesan dalam pelaksanaan PSU, pihaknya akan memroses sesuai ketentuan yang berlaku. Jika memang tidak menemukan unsur-unsur tindak pidana, maka tidak akan melanjutkan proses hukumnya. Sebaliknya, jika memenuhi unsur pidana maka diproses sesuai ketentuan. (H49-88)


Dapat dilihat langsung di http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2012/06/29/190933
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar