Batik merupakan lukisan di atas kain yang
menggabungkan berbagai unsur gambar, corak, serta motif-motif yang khas. Goresan-sgoresan
yang terkandung di dalamnya syarat akan makna, simbol, dan filosofi yang kuat. Pada
awalnya proses pembuatan batik dilakukan hanya dengan menggunakan tangan, akan
tetapi dalam perkembangannya, batik juga dikembangkan dengan menggunakan mesin
yang akhirnya dikenal dengan sebutan batik cap. Ada beberapa versi tentang kapan
batik mulai dikenal dan dikembangkan di Nusantara, ada yang berpendapat pada
abad ke-8 adapula pendapat yang mengatakan pada abad ke-18, terlepas dari
perbedaan tersebut, batik telah menjadi salah satu falsafah kehidupan bagi
masyarakat Indoensia, khususnya masyarakat Jawa.
Aneka kreasi warna yang dimiliki,
menjadikan batik sebagai salah satu karya anak bangsa yang monumental, sehingga
mampu menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan asing untuk berkunjung ke
Indonesia. Alhasil batik tidak sekedar menjadi komiditas jual beli akan tetapi
juga masuk pada ranah pariwisata. Tidak mengherankan jika membuat negara-negara
lain mencoba untuk merong-rong, salah satunya adalah Malaysia. Negara Serumpun
tersebut sampai membuat pengakuan yang mengagetkan, dengan mengklaim batik
sebagai bagain dari budaya Malaysia. Hal itu terungkap saat Malaysia menjadikan
batik sebagai bagian dari iklan pariwisata “Visit Malaysia”.
Tindakan tersebut memicu gelombang protes diseluruh
pelosok negeri, pemerintah Indonesia dengan tegas meminta pemerintah Malaysia mencabut klaim sepihak yang telah dilakukannya. Adanya indikasi
pencurian dan penyalahgunaan budaya membuat pemerintah mendesak kepada UNESCO
untuk segera menjadikan batik sebagai warisan budaya dunia yang dimiliki oleh
Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 2 Oktober 2009 UNESCO mensahkan batik sebagai
warisan budaya Indoensia dan sekaligus pada tanggal tersebut dinobatkan sebagai
hari Batik sedunia.
Identitas yang telah diakui dunia tersebut hendaknya
membuat semua anak bangsa semakin cinta batik, pengenalan batik perlu dilakukan
sedini mungkin, kepada anak-anak dan kalangan muda. Sebab pencapaian ini akan
mubadzir jika kelak anak cucu kita tidak mengenalnya. Kecenderungan dikalangan
remaja yang malu untuk memakai batik perlu dicarikan solusinya, ada kesan batik
identik dengan orang tua dan tidak gaul, apalagi ditambah dengan arus dunia
mode yang terus berkembang serta terus mengikis nilai-nilai tradisional (seperti;
batik), untuk itu perlu dibuat kebijakan dan langkah strategis untuk
mengatasinya.
Kaidah yang dipakai untuk menggalakkan
batik kepada kalangan muda adalah dengan menggunakan stimulus segi tiga emas, yaitu
disainer, media, dan sekolah. Pertama, mendorong para disainer adalah
merancang batik agar match jika dipakai dengan jeans atau rok panjang, modelnya
juga lebih simple tetapi trendy, biar kaum muda tidak alergi dengan
batik, dengan catatan tidak merusak dari nilai bati itu sendiri. Kedua,
mendorong media baik cetak maupun elektronik untuk selalu mengkampanyekan batik,
karena peran media terbukti ampuh dan cukup signifikan dalam mempengaruhi
perilaku, sikap, dan gaya hidup seseorang, khususnya kalangan muda. Ketiga,
mendorong lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah untuk memasukkan batik masuk
dalam kegiatan extra kurikuler sekolah, yang terarah dan terpadu, seperti
layaknya kegiatan olah raga, menggambar, dan menari. Jadi siswa-siswi tidak
hanya disuruh memakai batik saat sekolah, karena terbukti pengenalan yang
dilakukan di sekolah akan lebih diperhatikan oleh para pelajar dari pada yang
diterima di luar sekolah.
*Faiz Aminuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar