Sabtu, 24 Januari 2015

MENJADIKAN CINTA YANG MENGAYAKAN

Judul Buku      : Moslem Millionaire (Menguasai Cinta dan Harta dalam 365 hari)
Penulis             : Ippho Santosa & Tim Khalifah
Cetakan           : 2013
Penerbit           : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta
Isi                    : 99 Halaman
ISBN               : 978-602-02-0354-6

MENJADIKAN CINTA YANG MENGAYAKAN

Salah satu faktor penyebab orang-orang Islam mengalami kemunduran dan belum mampu bersaing dengan umat-umat lainnya ialah persoalan kemiskinan. Kemiskinan seolah melekat dalam diri mereka karena beranggapan bila miskin itu sudah taqdir, miskin itu simbol kezuhudan, miskin itu menandakan ketawakkalan, dan menjadi miskin akan mudah masuk surga. Anggapan-anggapan semacam itu memang tidak bisa disalahkan. Meskipun demikian, bukankah kita juga sebagai manusia diperintahkan Tuhan untuk ikhtiar? Apakah Zuhud itu selamanya harus dipraktekkan dengan hidup miskin? Bukankah dengan menjadi kaya kita malah bisa banyak bersedekah dan membantu sesama tanpa batas sehingga membuat pintu-pintu surga terbuka lebar untuk kita? Selain itu Adakah Ayat/hadits maupun Nash yang memerintahkan agar kita umat Islam hidup Miskin? Apakah mungkin Islam akan berkembang bila orang-orangnya memilih hidup miskin? Bukankah justru kefakiranlah yang mendekatkan kita pada kekufuran?

Beberapa pertanyaan di atas mungkin bisa dijadikan pertimbangan bagi mereka yang “terlanjur” memilih hidup miskin. Kalau mungkin boleh berpendapat, kemiskinan hanya akan membuat dakwah Islam tidak berkembang dan stagnan. Kemiskinan akan membuat banyak terjadi pemurtadan. Kemiskinan hanya akan membuat umat Islam menjadi penonton dan objek dalam percaturan kehidupan. Berdasarkan  keprihatinan itulah maka buku ini dimunculkan.

Buku ini mencoba melihat fenomena kemiskinan dan keterbelakangan umat Islam dengan cara yang berbeda. Dilihat dari strukturnya, buku ini terdiri dari 7 bab. Bab pertama diawali dengan penjelasan tentang keajaiban-keajaiban cinta, yang mana dalam buku ini dijelaskan bila cinta mempunyai keajaiban untuk mampu mengayakan. Lalu Apa sebenarnya cinta yang mengayakan itu? Di sini penulis telah membagi cinta menjadi 3. Pertama, cinta karena duniawi, atau disebut rational love. Cinta seperti ini mungkin banyak terjadi kepada kita. Pada saat kita mencintai harta-harta atau barang-barang yang kita miliki untuk kemudian agar dicap menjadi orang yang kaya dan terpandang, dalam level inilah kita berada dalam tahapan rational love.

Kedua, cinta karena orang yang dicintai, disebut emotional love. Tahapan cinta pada level ini sudah tidak berpusat pada diri kita, akan tetapi sudah mulai masuk dalam ranah orang lain. Kita mencintai sesuatu untuk kemudian dipersembahkan pada orang yang kita kasihi agar mereka bahagia dengan cinta yang kita hasilkan. Ketiga, cinta karena Allah, disebut dengan spiritual love. Inilah tahapan cinta yang paling tinggi. Ketika kita mendapatkan sesuatu dari apa yang kita cintai, sesuatu tersebut tidak hanya kita nikmati sendiri dan orang lain yang kita sayangi, akan tetapi kita juga persembahkan pada Allah SWT. Jadi, ketika harta/barang yang kita cintai diambil oleh Allah, kita akan menerimanya dengan penuh keikhlasan. Cinta yang mengayakan ialah cinta yang mampu mengaplikasikan ketiga jenis cinta tersebut secara bersamaan, terutama kategori spiritual love.

Bab kedua menjelaskan tentang kebesaran cinta. Cinta dapat membuat mental dan semangat kita menjadi besar. Kalau kecintaan kita sudah besar, keyakinan kita sudah besar, maka tindakan dan amal akan besar pula. Ujung-ujungnya segala sesuatu yang tadinya besar dan tak mungkin dilakukan seketika berubah menjadi kecil. Misalkan menjadi jutawan, menjadi miliader, itu mudah ketika telah tertanam tekad dan semangat yang besar dalam diri kita serta dilandasi dengan cinta. Hal ini dicontohkan penulis pula saat berhaji ia bertemu dengan sekelompok orang Indonesia yang berjalan kaki sekitar 100 km dari Mekkah, Arafah, Musdalifah, dan Mina lalu kembali lagi ke Mekkah. Mereka bukan tanpa biaya tapi mereka mempunyai kecintaan yang besar terhadap apa yang dulu dilakukan oleh Rasulullah ketika kendaraan masih belum ditemukan seperti sekarang. Maka dengan semangat dan tekad yang besar itu, sesuatu yang terlihat sulit dan berat dilakukan, akan menjadi mudah dan ringan.

Dibagian bab ketiga kita akan disuguhkan pada pengorbanan-pengorbanan cinta. Seperti yang dikatakan banyak orang, bila cinta itu butuh pengorbanan. Pengorbanan akan menjadi tolak ukur seberapa besar kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita cintai tersebut. Ibarat bila kita ingin mencapai posisi yang terbaik dalam karir disebuah perusahaan, maka sudah sepatutnya kita berusaha sekeras mungkin dan rela berkorban baik waktu, jiwa, maupun raga. Pengorbanan itu harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus sampai impian kita akan terwujud.

Selanjutnya pada bab keempat akan dibahas tentang Temali cinta. Temali di sini diartikan sebagai suatu kesatuan yang terkait. Misalkan seperti sedekah yang dikaitkan dengan menabung. Salah satu Ayat al-qur’an telah menjelaskan bila barang siapa mau bersyukur ketika diberi nikmat Tuhan, maka Tuhan akan menambah nikmat tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang itu mendurhakai nikmat Tuhan maka sesungguhnya adzab Tuhan itu lebih pedih. Ayat tersebut memberikan pelajaran pada kita untuk selalu berusaha mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan. Salah satu cara bersyukur itu dengan cinta mengeluarkan sedekah. Menurut ayat tersebut ketika mengeluarkan sedekah, maka nikmat akan bertambah. Oleh sebab itu, dalam posisi, dan seberapapun harta yang dimiliki, diusahakan untuk selalu mengeluarkan sedekah, karena hakikatnya sedekah itu sama halnya dengan menabung langsung kepada Tuhan.

Berikutnya di bab kelima disinggung tentang para penghadir cinta. Cinta dapat hadir ketika ada faktor orang kedua yang menjadi pendorongnya, salah satunya keluarga. Keluarga sangat penting bagi seseorang, bahkan mungkin sangat berharga. Banyak terjadi bagaimana orang tua rela berkorban demi mendahulukan kepentingan anaknya, dan semua itu mereka lakukan atas dasar cinta. Penghadir cinta ini mampu memberi energi atau spirit bagi seseorang untuk  bertindak lebih semangat dibandingkan bila tanpa kehadiran penghadir cinta.

Desar-desir cinta melengkapi pembahasan di buku ini pada bab keenam. Percaya ataupun tidak percaya, telah dikatakan bila kita kelak akan dikumpulkan pada orang yang kita cintai meskipun kita belum pernah bertemu orang tersebut, semisal cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat yang belum pernah bertemu beliau, namun kita mempunyai rasa cinta yang mendalam kepadanya. Itu bisa dibuktikan dengan senantiasa menyebut-nyebut namanya dan rela melakukan apapun yang beliau minta dengan penuh kerelaan. Hati kita akan bergetar ketika ada orang lain yang menyebut namanya, realitas inilah yang dinamakan desar-desir cinta. Untuk itu, mulai sekarang cintailah orang-orang yang benar-benar layak kita cintai agar kelak dapat berkumpul bersamanya di kemudian hari.

Penulis terlihat sangat antusias sekali dengan satu hal ini yaitu cinta. Cinta mampu memberikan kekuatan yang luar biasa kepada kita untuk melakukan suatu hal. Sesuatu hal yang asalnya sulit, jauh, dan tidak mungkin, bisa menjadi sesuatu yang mudah, dekat,dan mungkin terjadi oleh karena cinta tersebut. Inilah alasan mengapa kita perlu menghadirkan cinta dalam kehidupan. Cinta yang benar akan mendekatkan diri kita pada Tuhan, sedangkan cinta yang salah hanya akan menjerumuskan kita pada kehancuran.

Selain itu, kemunculan buku ini dilandasi tujuan untuk mengajak umat Islam menjadi pribadi yang tangguh, baik dari segi finansial maupun kecintaannya pada Tuhan. Bukan hanya sekedar menjadi orang kaya biasa, tapi orang kaya yang dengan cintanya mampu memberikan manfaat bagi dia, keluarganya, teman-temannya, masyarakatnya dan juga agamanya. Orang seperti inilah yang disebut sebagai “Moeslim Millionaire”, yaitu pribadi yang tangguh dari segala ujian, dan melakukan sesuatu dengan penuh keyakinan dan cinta akan Tuhan adalah kuncinya. Tidak mengherankan jika hanya segelintir orang yang mampu menjadi seperti ini.

Berbeda dengan buku-buku ilmiah yang berisi tentang penelitian-penelitian yang hanya mampu difahami oleh suatu kalangan tertentu, buku ini dikemas dengan bahasa yang ringan, mudah, dan cerdas, sehingga cocok dikonsumsi untuk semua kalangan pembaca. Baik pemula maupun “master”nya, akademisi maupun orang biasa. Terlebih bagi remaja-remaja yang sedang dilingkupi perasaan akan cinta dan harta yang masih meledak-ledak. Buku ini bisa dijadikan rujukan untuk memunculkan semangat, antusiasme dan produktivitas yang kelak akan benar-benar mampu memaksimalkan potensi mereka. Selamat membaca!

                                                            *Muhammad Nashiruddin, S.Pd.I
                                                              Sekretaris Redaksi Majalah NUANSA


SUMBER: Majalah NUANSA LTN NU PATI Edisi Januari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar