Sabtu, 24 Januari 2015

ORANG TUA 'LOVING'


Ada banyak teori dan konsep tentang ragam kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual. Sebelum diketemukannya ragam kecerdasan ini, seorang anak yang cerdas adalah anak yang memiliki IQ tinggi. Deretan nilai rapor dengan peringkat rangking, merupakan model penilaian yang menggunakan satu aspek kecerdasan tidak akan mengoptimalkan kemampuan anak secara intelektual, melainkan justru mengebiri ragam kecerdasan lainnya yang mungkin sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Pendidikan di dalam keluarga sangat memberikan kontribusi yang bermakna atas optimalisasi intelektual anak. Lebih-lebih kasih sayang yang diberikan orang tua dan keharmonisan dalam keluarga menjadi faktor penentu pengembangan intelektual anak. Di samping itu, rasa kasih sayang juga senantiasa harus menyertai seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena dengan sentuhan emosional, anak akan merasa senang dan nyaman dalam belajar.

Kasih sayang yang diberikan orang tua, ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang hangat antar anggota keluarga. Kemampuan orang tua untuk menjaga suasana psikologis agar tidak terjadi kebocoran-kebocoran verbal sangat dianjurkan. Karena bila tidak, maka hal ini akan membentuk pola prilaku anak yang sama, anak akan meniru prilaku tersebut. Bila kata-kata atau komentar negatif sering muncul, ini akan menghambat kemampuan intelektual juga fisik anak. Anak akan merasa tidak berguna, merasa tidak bisa, dan semua sifat inferior akan lebih banyak muncul.

Memiliki orang tua yang ‘loving’, penuh perhatian dan responsif membuat anak menjadi sehat, ceria, pandai dan kritis. Kondisi yang menyenangkan akan mengaktifkan neo-cortex (otak berfikir), sehingga proses belajar anak menjadi optimal dan percaya diri. Ketika otak menerima sinyal positif dan suportif, otak terlibat secara emosional sehingga memungkinkan syaraf bekerja maksimal. Kalau perasaan anak senang karena mendapatkan pujian atas sesuatu yang telah dikerjakannya, anak akan memperoleh kepercayaan dirinya. Akan tetapi bila yang terjadi adalah sebaliknya, bila anak mendapatkan komentar negatif, bernada ancaman, mendapatkan celaan, maka kapasitas syaraf untuk berfikir rasional menjadi semakin mengecil. Anak akan merasa sangat bersalah, tidak berarti, dan yang lebih fatal lagi, anak tidak mendapatkan rasa percaya dirinya.

Ada tiga tipe orang tua dalam pola pengasuhan, yaitu otoritatif, otoriter dan permisif. Ketiga pola pengasuhan orang tua ini tentu akan memberikan dampak yang berbeda terhadap anak-anak dalam kehidupannya kelak. Orang tua yang otoritatif akan memiliki anak-anak yang berhasil dalam hidupnya ketimbang orang tua yang otoriter dan orang tua yang permisif. Orang tua yang otoritatif cenderung akrab dengan anak-anaknya, sehingga ada komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak. Dalam otoritatif, orang tua memungkinkan untuk mengkomunikasikan harapan-harapannya yang bertumpu pada anak-anaknya. Karena terjalin komunikasi yang hangat, maka anak akan mengerti tentang ekspektasi orang tuanya, dan anak akan berusaha membahagiakan orang tunya dengan lebih mengoptimalkan kemampuannya demi mencapai harapan-harapan itu.

Sedangkan pola asuh otoriter, sangat berkebalikan dengan pola asuh otoritatif. Tidak adanya komunikasi yang hangat dan suportif, menyebabkan anak memiliki tanggungjawab yang rendah terhadap pencapaian keberhasilannya. Lain halnya dengan pola asuh permisif, pola asuh ini akan membentuk anak yang kurang disiplin, tidak mandiri, menjadi anak yang selalu menuntut, cenderung egois karena keinginan mereka yang selalu dipenuhi.

Untuk lebih mengembangkan self-esteem anak, komunikasi yang dilakukan orang tua haruslah yang bersifat suportif, di dalamnya ada saling keterbukaan, menumbuhkan empati, memberikan dukungan, dan kata-kata yang diucapkan adalah kata-kata yang positif serta tidak ada kata-kata membandingkan, karena setiap anak berbeda dan memiliki keunikan masing-masing.      

Oleh: Sumiyati
Dosen PGRA/PAUDi STAI Mathali’ul Falah.
Sumber: Majalah NUANSA LTN NU Pati Edisi Januari 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar