Kamis, 14 Agustus 2014

ANAK USIA DINI HARUS BELAJAR APA?



By Munif Chatib


Dalam berbagai referensi anak usia dini adalah anak yang bersekolah pada jenjang SD kelas 3 ke bawah. Jadi di mulai dari bayi. Benyamin S. Bloom lewat bukunya “Stability and Change in Human Characteristic” membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan dalam 4 tahun pertamanya. 30 % yang lainnya dikembangkan dalam usia ke delapan. Hal-hal lain yang seseorang pelajari sepanjang hidup akan dibangun di atas dasar tersebut. Masa perkembangan otak ini dikenal dengan nama GOLDEN AGE (USIA EMAS). Anak pada USIA EMAS ternyata RAJA dalam PEMBELAJARAN. Mereka sangat ingin tahu apa saja. Langit yang berwarna birupun ditanyakan. Seorang bayi akan meneliti selembar kertas yang sisodorkan kepadanya, bahkan mungkin dia akan memakan kertas itu agar ia tahu apa sebenarnya kertas itu.

Atas dasar itulah maka berbagai sekolah terutama tingkat Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (TK) menjadikan anak-anak seusia tersebut harus dipaksa belajar banyak hal, terutama MEMBACA, MENULIS dan MENGHITUNG. Kata beberapa orang sah-sah saja mengajari anak usia dini dengan materi-materi membaca, menulis dan menghitung agar cepat ‘BISA’. Kan anak usia dini adalah pembelajar terbaik.

Menurut saya, anak usia dini memang PEMBELAJAR YANG BAIK DAN CEPAT. Hanya saja ada dua pertanyaan mendasar, yaitu belajar tentang apa pada masa itu?. Lalu bagaimana cara mengajarinya?

Pertama, sungguh anak usia dini waktunya belajar hal-hal yang konkrit, nyata dan kontekstual. Contohnya anak usia dini ingin belajar naik tangga, melompat, ada barang baru di rumah, rumput-rumput yang hijau di halaman, bermain tanah dan lain-lain. Anak usia dini belum waktunya belajar secara abstrak atau tekstual. Anak usia dini tidak perlu harus belajar berpikir tentang definisi nakal itu apa? Harus mampu menulis dan menghitung soal-soal perhitungan yang abstrak. Nanti setelah lewat usia dini, barulah otak anak kita membutuhkan pengetahuan yang tekstual untuk melengkapi pengetahuan kontekstualnya.

Kedua, cara memberi informasi sesuatu yang kontekstual kepada anak usia dini adalah dengan permainan yang meyenangkan. Anak usia dini tidak suka dengan tekanan dalam belajar. Tekanan dalam belajar akan menurunkan minat anak usia dini untuk mengetahui banyak hal. Jadi sebagai guru dan orangtua, kita harus adil terhadap pola asuh anak kita. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Insyallah anak kita akan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar