By
Munif Chatib
Dalam berbagai referensi anak usia dini
adalah anak yang bersekolah pada jenjang SD kelas 3 ke bawah. Jadi di mulai
dari bayi. Benyamin S. Bloom lewat bukunya “Stability and Change in Human
Characteristic” membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan
dalam 4 tahun pertamanya. 30 % yang lainnya dikembangkan dalam usia ke delapan.
Hal-hal lain yang seseorang pelajari sepanjang hidup akan dibangun di atas
dasar tersebut. Masa perkembangan otak ini dikenal dengan nama GOLDEN AGE (USIA
EMAS). Anak pada USIA EMAS ternyata RAJA dalam PEMBELAJARAN. Mereka sangat
ingin tahu apa saja. Langit yang berwarna birupun ditanyakan. Seorang bayi akan
meneliti selembar kertas yang sisodorkan kepadanya, bahkan mungkin dia akan
memakan kertas itu agar ia tahu apa sebenarnya kertas itu.
Atas dasar itulah maka berbagai sekolah
terutama tingkat Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (TK) menjadikan
anak-anak seusia tersebut harus dipaksa belajar banyak hal, terutama MEMBACA,
MENULIS dan MENGHITUNG. Kata beberapa orang sah-sah saja mengajari anak usia
dini dengan materi-materi membaca, menulis dan menghitung agar cepat ‘BISA’.
Kan anak usia dini adalah pembelajar terbaik.
Menurut saya, anak usia dini memang
PEMBELAJAR YANG BAIK DAN CEPAT. Hanya saja ada dua pertanyaan mendasar, yaitu
belajar tentang apa pada masa itu?. Lalu bagaimana cara mengajarinya?
Pertama, sungguh anak usia dini waktunya
belajar hal-hal yang konkrit, nyata dan kontekstual. Contohnya anak usia dini
ingin belajar naik tangga, melompat, ada barang baru di rumah, rumput-rumput
yang hijau di halaman, bermain tanah dan lain-lain. Anak usia dini belum
waktunya belajar secara abstrak atau tekstual. Anak usia dini tidak perlu harus
belajar berpikir tentang definisi nakal itu apa? Harus mampu menulis dan
menghitung soal-soal perhitungan yang abstrak. Nanti setelah lewat usia dini,
barulah otak anak kita membutuhkan pengetahuan yang tekstual untuk melengkapi
pengetahuan kontekstualnya.
Kedua, cara memberi informasi sesuatu
yang kontekstual kepada anak usia dini adalah dengan permainan yang meyenangkan.
Anak usia dini tidak suka dengan tekanan dalam belajar. Tekanan dalam belajar
akan menurunkan minat anak usia dini untuk mengetahui banyak hal. Jadi sebagai
guru dan orangtua, kita harus adil terhadap pola asuh anak kita. Adil adalah
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Insyallah anak kita akan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar