KH.
Aniq Muhammadun lahir di Pondohan, Tayu, Pati pada tanggal 30 Desember 1952
dari pasangan KH. Muhammadun dan Nyai Nafisatun. Beliau putra yang ke-7 dari
sepuluh bersaudara, Kyai yang akrab disapa dengan Yai Aniq ini menyelesaikan
pendidikannya dari Madrasah Mathali’ul Falah Kajen Pati di tahun 1970an.
Setelah ‘boyong’ dari Kajen, Yai Aniq melanjutkan pendalaman ilmu agamanya
terutama di bidang Nahwu dan Fiqih dengan Ayahnya sendiri. Yai Aniq bahkan rutin
diberi waktu setiap habis isya’ untuk mendapatkan pengajaran khusus dari Ayahandanya.
Kedekatan yang cukup kuat dengan Ayahnya KH. Muhammadun itu betul-betul menjadi
panutan bagi Yai Aniq dalam mengajar sampai saat ini.
Kyai
yang lahir pada tahun 1952 ini menikah sekitar tahun 1982 dengan Nyai Hj.
Salamah (Sarang), dan setelah menikah beliau sempat tinggal di Sarang Rembang.
Hanya saja, karena keluarga menghendaki Yai Aniq dan keluarga tinggal tidak
jauh-jauh dari Pondohan Tayu, akhirnya Yai Aniq kembali di Pondohan, dan
beberapa saat kemudian membeli rumah di daerah Pakis Tayu sebagai cikal bakal
berdirinya Pondok Pesantren Manbaul Ulum. Santri pertama Yai Aniq saat memulai
tinggal di Pakis Tayu berjumlah 10 orang, dan masih tinggal satu rumah dengan Yai
Aniq. Mengingat jumlah santri yang semakin banyak, maka pada tahun 1989 beliau memulai
membangun bangunan pondok pesantren di belakang rumah.
Keberhasilan
dari alumnus Mathali’ul Falah ini dalam mengembangkan pondok pesantren dibuktikan
dua hal, secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, dibuktikan dengan
jumlah santri yang terus bertambah. Saat ini, kurang lebih 200-an santri dari
berbagai daerah belajar di bawah asuhan beliau. Infrastruktur juga sudah
semakin maju, banyak bangunan baru yang sudah berdiri sebagai instrumen kelayakan
untuk kegiatan belajar mengajar. Secara kualitas, banyak alumni yang berhasil
menjadi Pimpinan dan Kyai di daerahnya masing-masing. Di samping itu, nilai-nilai
atau karakter dari santriwan-santriwati yang disiplin dan menjaga kebersihan juga
terlihat sudah menjadi tradisi di pondok pesantren Manbaul Ulum. Tidak
mengherankan bila Pondok Pesantren Manbaul Ulum mendapatkan penghargaan dari Kementerian
Agama Wilayah Jawa Tengah sebagai pondok pesantren (dalam kategori pondok
pesantren besar) terbersih se-Jawa Tengah.
Raihan
tersebut tentu menjadi buah kerja keras dari Putra KH. Muhammadun ini dalam
melakukan pembinaan kepada para santri selama ini, dan itu tentu melewati
proses yang panjang dan tidak mudah. Menurut analisis Nuansa, setidaknya ada
lima kunci yang menonjol dalam diri Yai Aniq dalam membesarkan pesantren dan mendidik
para santrinya, yaitu istiqomah, memiliki kedalaman ilmu, dapat menjadi
teladan, turun tangan (langsung), dan kontrol (lingkungan pesantren) secara
kontinue. Sebagai contoh, kebiasaan Yai Aniq yang ikut berbaur dengan santri
dalam membersihkan lingkungan pesantren, dan di tengah kesibukan yang padat, beliau
(secara langsung) tetap menyempatkan rutin mengecek kebersihan pesantren. Begitu
ditemukan hal yang kurang tepat, beliau langsung mengingatkannya, bagi beliau
turun tangan langsung seorang pengasuh sangat penting dalam pembinaan santri.
Pekerja Keras
Sosok KH. Aniq Muhammadun merupakan
figur Kyai yang sederhana, bersahaja namun seorang pekerja keras, berbagai
usaha pernah digeluti oleh beliau. Karena mempunyai sawah, beliau tidak risih
untuk melakukan kegiatan bertani. Selain itu, Yai Aniq juga membuka pertokoan,
warung, membuka usaha air isi ulang, dan pernah juga ternak ayam petelor.
Langkah demikian di ambil karena beliau ingin menghilangkan kesan bahwa seorang
Kyai kerjaannya hanya ‘santai’ di rumah.
Masuk Politik
KH.
Aniq Muhammadun tercatat pernah aktif ikut berjuang di PKB dan PKNU, dan
keikutsertaan beliau dalam partai politik semata-mata merupakan bentuk rasa
tawadhu’ beliau kepada para Kyai. Sebagai contoh saat berdirinya Partai Kebangkitan
Nasional Ulama’, kesediaan beliau untuk ikut menjadi salah satu deklarator PKNU
bersama para Kyai sepuh lain adalah karena ajakan langsung dari almaghfurullah KH. Abdullah Faqih
(Pimpinan Ponpes Langitan Tuban Jawa Timur). Bagi Yai Aniq, seorang Kyai harus
tahu politik, karena kalau tidak tahu politik maka akan ‘dikerjai’ politik.
Pesan Untuk Generasi Muda
Pesan dari
Kyai yang lahir pada tanggal 30 Desember ini kepada para generasi muda NU
adalah supaya mereka mempelajari dan mendalami aqidah NU. Tujuannya agar bisa
menghindarkan dan membentengi diri dari aqidah-aqidah yang menentang NU, lantaran
sebagaimana diketahui bersama aliran-aliran yang menentang NU sekarang mulai
bermunculan. Apabila generasi muda NU tidak memiliki benteng yang kuat, bukan
tidak mungkin mereka akan mudah terpengaruh dan tergiur untuk mengikuti aliran-aliran
yang selama ini memusuhi NU. Dengan kondisi demikian, Kyai Aniq berpesan agar
para Kyai/da’i bila mendapatkan kesempatan mengisi tausiyah berkenan untuk
menyelipkan wawasan Ke-NU-an pada masyarakat, apa itu NU, ajarannya apa saja,
dan dasar-dasarnya bagaimana. Langkah ini penting dilakukan demi membumikan NU
di tengah-tengah masyarakat luas, lebih-lebih dalam konteks sekarang ini. Oleh
karena itu, harapan dari KH. Aniq Muhammadun kepada para pengurus PCNU Pati periode
2013-2018 adalah supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik dan ikhlas, dalam
rangka membesarkan NU. (Ulin Nuha/Faiz Aminuddin) Sumber: Majalah NUANSA LTN NU Pati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar