Minggu, 31 Agustus 2014

URGENSI MEDIA BAGI NU OLEH FAIZ AMINUDDIN




Beberapa tahun terakhir ini, gerakan media yang beraliran Wahabi atau berafiliasi politik dengan aliran Wahabi di Indonesia bergerak cukup cepat dan massif (baik media cetak/elektronik). Hal yang patut diwaspadai adalah mereka senantiasa  menggugat amaliyah-amaliyah yang dilakukan oleh warga Nahdliyin. Bahkan, mereka rela melakukan kebohongan-kebohongan dan melakukan distorsi fakta guna memberi informasi yang salah dan sesat kepada masyarakat luas mengenai NU dan amaliyahnya. Mereka tahu bahwa alat terbaik untuk membuat propaganda dan menggiring opini publik adalah lewat jalan  media. Ditambah lagi, hanya media yang memiliki kemampuan untuk mengemas sebuah isu sehingga dapat menarik perhatian publik. Untuk itu, mereka gencar mendirikan dan mensosialisasikan media yang mereka miliki untuk mencapai ambisi atau kepentingannya menghacurkan ajaran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah ala NU.

Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana banyak beredar buku-buku, majalah, buletin dan media-media online beraliran Wahabi yang rajin memprovokasi warga NU. Seperti media online VOA-Islam, media online Ar-rahmah, MTA online/MTA FM atau buku berseri yang berjudul Mantan Kyai NU menggugat Tahlilan, menggugat manaqiban, dan menggugat amaliyah-amaliyah yang lain. Gerakan demikian tentu akan terus marak terjadi karena mereka sudah menempatkan NU dan amaliyahnya sebagai musuh yang harus dilenyapkan. Melalui media-media yang dimiliki, mereka leluasa melakukan black campaign dan memberikan label-label negatif terhadap NU. Berbekal informasi yang sepihak, subjektif dan sepotong-potong, mereka sering memfitnah NU/tokoh-tokoh NU atau melabel NU sebagai kaum penyembah kuburan, ahli bid’ah dan lain sebagainya.

Masalahnya, jumlah masyarakat awam (agama) yang jauh lebih mendominasi menjadikan berbagai informasi yang berasal dari media-media beraliran Wahabi ditelan secara mentah-mentah oleh sebagian masyarakat, sehingga mereka menjadi ragu-ragu terhadap apa yang selama ini telah diamalkan dan percaya begitu saja terhadap informasi yang didapatkannya. Banyaknya hantaman demi hantaman yang dialamatkan kepada NU, mau tidak mau mengharuskan bagi pengurus NU dan warga NU untuk mengantisipasinya melalui berbagai gerakan. Salah satunya adalah gerakan syiar (ajaran) NU dan konter opini (counter opinion) melalui media informasi dengan cara mendirikan dan menguatkan media-media yang berbasis NU. Apabila tidak dimulai dari sekarang, bukan mustahil ajaran-ajaran (mulia) NU akan asing bagi generasi sekarang atau generasi mendatang.

Secara sederhana, selama warga NU hanya pasif dan hanya menjadi konsumen informasi, maka selama itu pula warga NU akan menjadi korban “fitnah dan kebohongan” media beraliran Wahabi. Salah satu tawaran yang bisa dilakukan menurut Muhammad Fadhillah Zein dalam bukunya berjudul “Kezaliman Media Massa Terhadap Umat Islam” (2013) adalah dengan menggunakan potensi dari shadaqoh, infaq dan zakat sebagai kekuatan untuk membangun media yang kuat. Sebagai organisasi terbesar di Indonesia dan terbesar di dunia potensi tersebut tentu bisa dimaksimalkan untuk mewujudkan mimpi mempunyai media nasional. Mungkin baru Radio NU (Jakarta), TV 9 (TV NU lokal Jawa Timur), Aswaja TV, Majalah Bangkit NU Yogyakarta atau Majalah Aula Jawa Timur yang mampu ikut mewarnai persaingan antar-media, itupun levelnya masih lokal sehingga belum bisa berbicara banyak. 

Alhasil, NU sebenarnya menunggu lahirnya (inovasi) media-media yang bisa bersaing untuk mengimbangi derasnya media-media Wahabi dan sejenisnya, dengan tujuan menjaga ajaran-ajaran NU yang luhur. Tidak mustahil jika suatu hari nanti PCNU Pati mempunyai NU Pati TV, NU Pati FM, Majalah NU dan lain sebagainya. SEMOGA...!!! (Sumber Majalah NUANSA LTN NU Pati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar