Beberapa tahun terakhir
ini, gerakan media yang beraliran Wahabi atau berafiliasi politik dengan aliran
Wahabi di Indonesia bergerak cukup cepat dan massif (baik media cetak/elektronik).
Hal yang patut diwaspadai adalah mereka senantiasa menggugat amaliyah-amaliyah yang dilakukan oleh
warga Nahdliyin. Bahkan, mereka rela melakukan kebohongan-kebohongan dan
melakukan
distorsi fakta guna memberi informasi yang salah dan sesat kepada masyarakat
luas mengenai NU dan amaliyahnya. Mereka tahu bahwa alat
terbaik untuk membuat propaganda dan menggiring opini publik adalah lewat jalan
media. Ditambah lagi, hanya media
yang memiliki kemampuan untuk mengemas sebuah isu sehingga dapat menarik perhatian
publik. Untuk itu, mereka gencar mendirikan dan
mensosialisasikan media yang mereka miliki untuk mencapai ambisi atau kepentingannya
menghacurkan ajaran Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah ala NU.
Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana banyak
beredar buku-buku, majalah, buletin dan media-media online beraliran Wahabi yang
rajin memprovokasi warga NU. Seperti media online VOA-Islam, media online
Ar-rahmah, MTA online/MTA FM atau buku berseri yang berjudul Mantan Kyai NU
menggugat Tahlilan, menggugat manaqiban, dan menggugat amaliyah-amaliyah yang
lain. Gerakan demikian tentu akan terus marak terjadi karena mereka sudah menempatkan NU dan amaliyahnya sebagai musuh
yang harus dilenyapkan. Melalui media-media yang dimiliki, mereka leluasa melakukan
black campaign dan memberikan label-label negatif terhadap
NU. Berbekal informasi yang sepihak,
subjektif dan sepotong-potong, mereka sering memfitnah NU/tokoh-tokoh NU atau melabel
NU sebagai kaum penyembah kuburan, ahli bid’ah dan lain sebagainya.
Masalahnya, jumlah masyarakat
awam (agama) yang jauh lebih mendominasi menjadikan berbagai informasi yang berasal
dari media-media beraliran Wahabi ditelan secara mentah-mentah oleh sebagian
masyarakat, sehingga mereka menjadi ragu-ragu terhadap apa yang selama ini
telah diamalkan dan percaya begitu saja terhadap informasi yang didapatkannya. Banyaknya
hantaman demi hantaman yang dialamatkan kepada NU, mau tidak mau mengharuskan bagi
pengurus NU dan warga NU untuk mengantisipasinya melalui berbagai gerakan.
Salah satunya adalah gerakan syiar
(ajaran) NU dan konter opini (counter
opinion) melalui media informasi dengan cara mendirikan dan menguatkan media-media
yang berbasis NU. Apabila tidak dimulai dari sekarang, bukan mustahil ajaran-ajaran
(mulia) NU akan asing bagi generasi sekarang atau generasi mendatang.
Secara sederhana, selama warga NU hanya pasif dan
hanya menjadi konsumen informasi, maka selama itu pula warga NU akan menjadi
korban “fitnah dan kebohongan” media beraliran Wahabi. Salah satu tawaran yang
bisa dilakukan menurut Muhammad Fadhillah Zein dalam bukunya berjudul “Kezaliman Media Massa Terhadap Umat Islam”
(2013) adalah dengan menggunakan potensi
dari shadaqoh, infaq dan zakat sebagai kekuatan untuk membangun media yang kuat.
Sebagai organisasi terbesar di Indonesia dan terbesar di dunia potensi tersebut
tentu bisa dimaksimalkan untuk mewujudkan mimpi mempunyai media nasional. Mungkin
baru Radio NU (Jakarta), TV 9 (TV NU lokal Jawa Timur), Aswaja TV, Majalah
Bangkit NU Yogyakarta atau Majalah Aula Jawa Timur yang mampu ikut mewarnai
persaingan antar-media, itupun levelnya masih lokal sehingga belum bisa
berbicara banyak.
Alhasil, NU sebenarnya menunggu
lahirnya (inovasi) media-media yang bisa bersaing untuk mengimbangi derasnya media-media
Wahabi dan sejenisnya, dengan tujuan menjaga ajaran-ajaran NU yang luhur. Tidak
mustahil jika suatu hari nanti PCNU Pati mempunyai NU Pati TV, NU Pati FM,
Majalah NU dan lain sebagainya. SEMOGA...!!! (Sumber Majalah NUANSA LTN NU Pati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar